Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Stigma Anak yang Lahir Prematur Cenderung Bodoh, Benarkah?

Konsultan neonatologi menepis stigma anak yang terlahir prematur cenderung bodoh. Berikut fakta tentang bayi prematur.

15 Desember 2023 | 22.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Konsultan neonatologi dan anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Rinawati Rohsiswatmo menepis stigma anak yang terlahir prematur cenderung bodoh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tidak benar kalau ada stigma bayi prematur bodoh, tidak benar juga kalau ada yang bilang yang pintar jadi pintar banget. Yang paling penting itu otaknya harus tetap sempurna, walaupun terlahir kecil harus kita sempurnakan," kata Rinawati di Jakarta, Jumat, 15 Desember 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, ia membenarkan bayi lahir prematur cenderung sakit-sakitan. Untuk itu perlu pencegahan sejak dini dengan menjaga kesehatan ibu sejak sebelum kehamilan.

"Karena terlahir dalam kondisi yang sedang dalam penyempurnaan, faktor kekebalannya lebih rendah. Kita bisa menyiasati, bisa mengembangkan metode kangguru," ujarnya.

Rina menjelaskan metode kangguru adalah cara terbaik untuk memberikan kenyamanan pada bayi prematur dengan memberikan sesuatu yang membuatnya merasa hangat melalui kontak kulit ke kulit antara anak dan orang tua.

"Bayangkan kalau misalnya bayi itu diletakkan di inkubator sendirian, walaupun terang, kosong tidak ada siapa-siapa. Dia akan ketakutan dan kebingungan. Jadi, secara keilmuan, kalau ada rasa positif dari ibu akan memicu endorfin," ucapnya.

Di usia kandungan 26-36 minggu, terjadi percepatan pertumbuhan otak lima kali lipat. Untuk itu, ia menekankan pentingnya pemberian nutrisi pada ibu 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau sejak usia 0-2 tahun.

"Perhatiannya bukan hanya saat dia lahir, tetapi jauh sebelum lahir," katanya.

Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bayi prematur dikategorikan menjadi bayi amat sangat prematur dengan usia gestasi atau hari pertama masa haid normal terakhir kurang dari 28 minggu, sangat prematur dengan usia gestasi 28-32 minggu, dan prematur moderat terlambat dengan usia gestasi 32-36 minggu.

Rina juga memaparkan lima isu terkait bayi prematur di Indonesia, antara lain bayi prematur memerlukan pematangan paru sebelum lahir dan surfaktan atau senyawa yang penting agar paru-paru dapat mengembang sempurna. Kemudian, bayi prematur memerlukan nutrisi optimal agar dapat tumbuh dengan baik seperti bayi lain. 

Kebutuhan ASI
Selain itu, perawatan bayi prematur perlu biaya besar dan pemantauan berkala. Untuk itu, demi menjaga bayi yang lahir prematur tetap memiliki perkembangan otak yang sempurna butuh pemberian nutrisi secara agresif, terutama pada bayi prematur yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu.

"Kemampuan bayi sangat prematur untuk menerima nutrisi melalui mulut sering kali terbatas sehingga membutuhkan nutrisi lewat infus. Namun, ketersediaan komposisi cairan dengan nutrisi yang lengkap sesuai kebutuhan bayi lahir prematur masih terbatas di fasilitas kesehatan di Indonesia," tuturnya.

Selain itu, ia menekankan pentingnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) meski saat ini masalah yang masih banyak ditemui ibu yang melahirkan bayi prematur belum memiliki ASI yang cukup sehingga butuh ASI donor.

"Seiring meningkatnya kebutuhan nutrisi, ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi prematur. Mereka memerlukan tambahan pada ASI berupa human milk fortifier agar nutrisinya terpenuhi dengan baik," paparnya.

Human milk fortifier adalah produk pangan olahan keperluan medis khusus yang diformulasi bagi bayi yang sangat prematur.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus