Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Tak Cuma yang Muda, Isi Piringku Juga Penting untuk Lansia

Pakar mengatakan pemenuhan nutrisi sangat penting bagi lansia, terutama kala pandemi COVID-19, termasuk asupan protein harian.

4 Juni 2021 | 11.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis penyakit dalam konsultan geriatri dan staf pengajar di Universitas Padjajaran (UNPAD), Lazuardhi Dwipa, mengatakan, pemenuhan nutrisi sangat penting bagi lansia, terutama kala pandemi COVID-19, termasuk asupan protein harian. Pemberian nutrisi sehat seperti kebutuhan kalori, protein, serat pangan untuk mencegah penurunan berat badan, infeksi, memperbaiki kerentanan dan sarkopenia atau penurunan massa otot.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kebutuhan protein lansia lebih tinggi daripada yang lebih muda. Malah, lansia dikurangi proteinnya, itu salah, sehingga akan terjadi penurunan, penyusutan massa dan kekuatan otot atau sarkopenia," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kebutuhan nutrisi masing-masing lansia bisa berbeda sehingga dianjurkan berkonsultasi dengan dokter. Namun, secara umum lansia membutuhkan kalori harian 30 kali berat badan. Untuk protein 1 gram/kg/BB/hari.

Pada kondisi sarkopenia, asupan protein sebesar 1,6 gram/hari bisa meningkatkan hipertofi otot yang diinduksi olahraga pada lansia. Studi menunjukkan 1 gram protein/hari merupakan jumlah minimal untuk mempertahankan massa otot.

Sementara untuk karbohidrat dan lemak, perhitungan 70:30 persen. Jadi, seseorang yang memiliki berat badan 50 kg maka kebutuhan kalori totalnya 1.500 kkal per hari, sementara proteinnya 50 gram/hari.

Ilustrasi lansia makan sayur. Shuttterstock

Kementerian Kesehatan melalui Isi Piringku juga memandu asupan nutrisi, yakni membagi piring menjadi tiga bagian, yakni setengah untuk sayuran dan buah, lalu seperempat karbohidrat seperti nasi atau kentang dan seperempat protein (hewani dan nabati dikombinasikan) mulai dari ayam, ikan, kacang-kacangan, dan lainnya. Untuk memudahkan, menu makan siang sekitar 700 kalori bisa terdiri dari makanan pokok, misalnya nasi tiga centong atau tiga butir kentang ukuran sedang, atau 1,5 mangkuk mi kering.

Lauk pauk terdiri dari jenis hewani dan pilihannya beragam, misalnya dua potong sedang ayam tanpa kulit, atau sebutir telur ayam, atau dua potong daging sapi ukuran sedang, kemudian lauk nabati seperti dua potong tempe ukuran sedang. Komponen lain, sayuran satu mangkuk dan buah, misalnya dua potong pepaya atau dua buah jeruk atau sebuah pisang ambon.

"Kebanyakan lansia memantangkan protein, makan sayur takut asam urat, padahal di GERMAS tingkatkan konsumsi buah dan sayuran," ujar Lazuardhi, yang berpraktik di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

Dalam pemenuhan kebutuhan gizi pada lansia, terkadang muncul sejumlah masalah seperti gangguan nafsu makan, sulit mengunyah karena gigi tanggal, dan otot mengunyah lemah, berkurangnya air liur sehingga sulit menelan, mudah kenyang, masalah lambung seperti sering mual dan kembung, serta masalah komborbid seperti jantung, paru, kanker sehingga hilang nafsu makan, demensia, serta depresi.

Satu orang lansia bisa mengalami lebih dari satu masalah ini sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan nutrisi. Bila begini, mengubah bentuk penyajian makanan sesuai dengan kondisi lansia bisa menjadi alternatif. Misalnya, pada masalah sulit menelan atau gigi tanggal, maka makanan bisa disajikan dalam bentuk lunak atau sesuai selera lansia.

Pilihan lain, pemberian nutrisi suplemen oral atau ONS yang biasanya berbentuk cair tetapi tinggi kalori dan protein sehingga mudah dikonsumsi dan dicerna. Lazuardhi menyarankan lansia berkonsultasi dulu dengan dokter gizi apabila berniat mengonsumsi ONS.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus