Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Harga telur yang retak lebih murah dibanding telur dengan kulit utuh sempurna. Karena itu, banyak orang memilih membeli telur retak dengan pertimbangan ekonomi. Namun, amankah telur seperti ini dikonsumsi?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pada dasarnya, tergantung bagaimana telur itu retak," kata Lisa Steele, penulis Fresh Eggs Daily dan pakar unggas di Maine, Amerika Serikat, kepada Fox News Digital.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengaku tak akan memilih telur yang rusak saat masih dalam kemasan karena sebagai konsumen tak tahu sudah berapa lama telur itu retak. Saat membeli telur, periksa juga apakah ada cangkang telur yang retak. Pasalnya cangkang dan membran di baliknya berfungsi untuk melindungi isinya dari bakteri berbahaya seperti salmonela.
"Tapi jika Anda membuat telur itu retak secara tak sengaja, saya akan tetap memasaknya dan menebutnya baik-baik saja," tambahnya.
Ilustrasi telur. Sumber: iStock/foxnews.com
Membran harus utuh
Steele juga mengaku tetap akan memasak telur yang baru saja retak secara tak sengaja itu jika membrannya masih utuh. "Membran melindungi telur dari bakteri. Anda bisa memecahkan telur ke dalam mangkuk, membungkusnya dengan plastik, dan menggunakannya dalam dua hari. Pastikan untuk memasaknya dengan suhu 160 derajat," ujarnya.
Namun jika kondisi membran juga sudah koyak maka telur tak aman dikonsumsi tapi masih bisa digunakan sebagai kompos. "Kalsium pada cangkang baik untuk tanah," jelasnya.
Sementara itu, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menyatakan, "Bakteri bisa masuk ke dalam telur melalui retakan cangkang. Jangan pernah memberi telur yang retak."
Namun jangan langsung membuang telur retak tersebut. Anda tetap bisa mengonsumsinya asal dimasak dengan cara yang benar agar bakteri benar-benar mati. Apalagi telur diklaim sebagai salah satu bahan makanan sarat nutrisi.