Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Terima Kasih Arma

Armadillo dapat mengembangbiakan basil penyakit lepra yang kemudian dibuat vaksin. arma di teliti di pusat-pusat penelitian di as, norwegia dan inggris.(ksh)

26 April 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ARMADILLO. Jangan salah dia bukan pelatih sepakbola dari Brazil. Sekalipun dia memang tinggal di Amerika Selatan. Badannya tegap dengan kulit yang tebal. Doyan makan semut. Kalau di sini disebutkan orang trenggiling. Tapi jangan pandang enteng, binatang mamalia inilah yang akan menyelamatkan manusia dari lepra. Karena hanya dialah yang bisa mengembangbiakkan basil penyakit ini untuk kemudian dibuatkan vaksin. Sudah sejak lama para ahli mencari binatang yang bisa mengembangbiakkan basil lepra. Kuda, anjing dan babi sudah dijajal tapi gagal. Baru beberapa tahun yang lalu mereka menemukan armadillo di Amerika Selatan. Binatang berkulit tebal ini punya suhu badan yang lebih rendah dibandingkan manusia. Ini yang dicari-cari. Karena basil lepra memang mengendap di bagian tubuh manusia yang dingin. Sekarang si Arma sudah diangkut dari tanah kelahirannya dan dirumahkan di pusat-pusat penelitian di Amerika Serikat, Inggris dan Norwegia. Ke dalam tubuh binatang tersebut dimasukkan basil lepra. Basil tadi dibiarkan berkecamuk selama 1 sampai 2 tahun. Lantas binatang armadillo pun dibunuh. Dari hati dan limpanya disedotlah basil yang sudah berkembangbiak menjadi jutaan. Seekor armadillo bisa menghasilkan 25.000 dosis vaksin. Kutukan Tuhan Lepra yang dulu tak bisa dicegah, karena dianggap penyakit kutukan Tuhan, berkat armadillo diharapkan bisa ditampik. Badan Kesehatan Dunia (WHO) akan melaksanakan percobaan dengan vaksin lepra tersebut tahun ini juga, di Birma atau India. Kalau berhasil, vaksin ini akan mengurangi jumlah penderita lepra yang tertebar di 90 negara. Menyiksa 15 juta orang. Di Indonesia saja diperhitungkan 120.000 disergapnya. Di Amerika Serikat pun masih bisa ditemukan. Tercatat 3.000 kasus di sana. Sedangkan di Inggris 1.000, terutama di kalangan kaum imigran. Sedih juga memikirkan bahwa lepra zaman mutakhir ini sudah bisa pula mengembangkan kekebalan terhadap obat yang ada (sulfone). Jika vaksin lepra yang sudah tersedia sekarang memang terbukti manjur, sasaran para ahli tentu akan semakin sempit: Hanya untuk mencari obat yang lebih ampuh. Dan memperkaya pengetahuan mereka mengenai lepra. Sebab belum semua terungkap mengenai penyakit ini. Yang terakhir diketahui lepra tidak ditularkan lewat kontak dengan penderita atau melalui benda yang mereka sentuh. "Ini tak benar. Yang diketahui, penyakit itu disebarkan oleh lendir dari hidung penderita. Tapi bagaimana ia masuk ke dalam tubuh manusia tak ada yang tahu," ulas dr. Richard Rees, peneliti lepra dari London. Setelah berhasilnya pembuatan vaksin lepra dengan bantuan armadillo, lepra atau kusta sudah diambang pintu kekalahan? "Ah, siapa bilang begitu. Lepra merupakan penyakit yang aneh sehingga kita memerlukan waktu 10 tahun untuk meyakinkan mujarab tidaknya sebuah vaksin," tangkis dr. Phillip Draper, pemburu lepra yang lain dari Inggris.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus