Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tidur dengan suara mendengkur pasti mengganggu, bahkan di lingkungan pergaulan ngorok selalu menjadi bahan lelucon. Lebih parah lagi, mendengkur merupakan salah satu alarm tanda bahaya bagi kesehatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa mendengkur lebih berbahaya dari pada merokok. Pasalnya, gejala tersebut memiliki risiko lebih besar terhadap penebalan arteri karotis, apalagi pada orang obes atau bahkan yang memiliki kadar kolesterol yang tinggi.
Baca: Ada 15 Gaya Rambut Wajib di Negeri Kim Jong Un, Maksimal 2 Cm
Sleep apnea merupakan gangguan tidur paling umum kedua yang mempengaruhi sekitar 20 juta orang di AS. Sementara itu di Indonesia, sebesar 52,7% telah didiagnosis menderita arteri karotis dari 74 laki-laki yang jadi subyek riset.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Arteri karotis adalah pembuluh darah yang memberikan suplai ke daerah leher dan kepala, termasuk otak. Jika dinding pembuluh darah ini mengalami penebalan maka akan berdampak pada penyakit pembuluh darah lainnya.
Mendengkur juga sering kali menjadi tanda dari henti napas saat tidur atau biasa disebut sebagai sleep apnea. Hal tersebut terjadi karena saat tidur adanya penyempitan saluran nafas sehingga udara tidak dapat lewat. Jadi, oksigen akan turun sepanjang malam, akibat fatalnya bisa menyebabkan kematian karena kekurangan oksigen.
Dokter spesialis telinga hidung tenggorok dan bedah kepala leher (THT-KL) Suriya Suwanto mengatakan, selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti tekanan pekerjaan, kejiwaan, gangguan tidur, sleep apnea juga dipengaruhi genetika seperti anatomi tubuh.
“Sebenarnya faktornya bervariasi, dari anatomi tubuh bisa terjadi karena obesitas, dan leher pendek, bisa terjadi juga pada anak karena amandelnya yang besar,” jelas Suriya di RS Royal Progress.
Lebih lanjut, dia mengatakan akibat gangguan tidur yang paling mudah dikenali adalah kelelahan, merasa lemas dan mengantuk, mudah marah, serta sulit berkonsentrasi.
“Semua sel yang ada dalam tubuh membutuhkan istirahat, jika tidak istirahat maka energi tidak kembali. Pola tidur yang tidak benar menyebabkan gangguan tidur,” katanya.
Baca juga:
Sulit Diatasi dan Rentan Kambuh, Simak Gejala Jamur Hidung
Apa Elektrosmog? Cek 7 Jurus Sukses Mencegahnya di Rumah
Sebaiknya masyarakat tidak boleh menyepelekan kondisi tersebut, pasalnya sleep apnea menyebabkan berbagai penyakit fatal hipertensi, jantung, diabetes, impotensi hingga stroke.
Dokter spesialis penyakit saraf–konsulen penyakit gangguan tidur (RPSGT) RS Medistra Rinawati Tedjasukmana mengatakan, untuk mengetahui gejala sleep apnea, keluarga atau kerabat harus meyakinkan kalau seseorang mendengkur. Pasalnya, pendengkur hanya tahu dirinya ngorok dari orang lain.
Namun, tidak semua pendengkur mengalami sleep apnea. Oleh karena itu, untuk perawatan medis dimulai dengan pemeriksaaan tidur untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan apnea tidak berbeda dengan pemeriksaan fungsi jantung ataupun pernafasan, hanya saja perbedaannya dilakukan saat tidur.
“Tidur Mendengkur saja belum tentu sleep apnea, biasa dibarengi seperti tercekik dan berhenti napas lebih dari 10 detik, atau dibarengi dengan hipertensi sudah dapat dicurigai,” kata Rima.