Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Timbulkan Pro-Kontra, Apa Saja Manfaat Ganja Medis?

Penggunaan ganja medis menimbulkan pro-kontra di berbagai negara, termasuk Indonesia. Apa saja manfaat ganja medis?

28 Juni 2022 | 15.10 WIB

Pekerja memeriksa kualitas daun ganja di perkebunan ganja Rak Jangdi Nakhon Ratchasima, Thailand, 28 Maret 2021. Thailand sendiri merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang mengizinkan penggunaan ganja untuk medis pada 2018 lalu. REUTERS/Chalinee Thirasupa
Perbesar
Pekerja memeriksa kualitas daun ganja di perkebunan ganja Rak Jangdi Nakhon Ratchasima, Thailand, 28 Maret 2021. Thailand sendiri merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang mengizinkan penggunaan ganja untuk medis pada 2018 lalu. REUTERS/Chalinee Thirasupa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan ganja medis menimbulkan pro-kontra di berbagai negara, termasuk Indonesia. Padahal, tanaman ini dikenal memiliki manfaat dalam dunia medis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dilansir dari laman Harvard Health Publishing, ganja memiliki lebih dari 100 komponen aktif. Ekstrak tanaman ganja yang disebut CBD (cannabidiol) biasanya digunakan dalam pengobatan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ini juga memiliki sedikit sifat memabukkan karena mempunyai sedikit atau bahkan tidak ada THC (tetrahydrocannabinol). THC adalah bahan kimia yang menyebabkan sensasi ‘fly’ saat orang mengonsumsi ganja.

Manfaat ganja medis

Dilansir dari laman WebMD, para peneliti sedang mempelajari penggunaan ganja medis terhadap sejumlah kondisi, termasuk:

  • penyakit alzheimer;
  • kehilangan nafsu makan;
  • kanker;
  • penyakit crohn;
  • penyakit yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh seperti HIV/AIDS atau multiple sclerosis (MS);
  • gangguan makan, seperti anoreksia;
  • epilepsi;
  • glaukoma;
  • kondisi kesehatan mental, seperti skizofrenia dan PTSD (gangguan stres pascatrauma);
  • kejang otot;
  • mual;
  • rasa sakit;
  • kejang;
  • sindrom wasting (cachexia).

Namun, ahli penyalahgunaan zat di Fakultas Kedokteran Pennsylvania Perelman University, Marcel Bonn-Miller, mengatakan, belum ditemukan bukti kuat ganja bisa mengobati kondisi-kondisi itu.

Meski begitu, ganja memiliki efek terapeutik. Bukti terbesar efek terapeutik ganja berhubungan dengan kemampuannya mengurangi rasa sakit kronis, mual dan muntah karena kemoterapi, serta otot tegang karena MS.

Selain itu, penelitian terbatas menunjukkan efek bahan kimia aktif dalam ganja medis yang disebut cannabinoid, yaitu: 

  • mengurangi kecemasan;
  • mengurangi peradangan dan menghilangkan rasa sakit;
  • mengontrol mual dan muntah karena kemoterapi kanker;
  • membunuh sel kanker dan memperlambat pertumbuhan tumor;
  • merilekskan otot yang tegang pada orang dengan MS;
  • merangsang nafsu makan dan meningkatkan berat badan pada penderita kanker dan AIDS.

Sementara itu, ganja medis juga membantu mengendalikan kejang. Badan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah menyetujui obat dari CBD yang disebut Epidiolex pada 2018. 

Obat ini digunakan untuk mengatasi kejang kronis terkait sindrom Lennox-Gastaut dan sindrom Dravet. FDA juga telah menyetujui dua obat cannabinoid lain buatan manusia, dronabinol (Marinol, Syndros) dan nabilone (Cesamet), untuk mengobati mual dan muntah akibat kemoterapi.

Namun, ganja medis dilaporkan menimbulkan efek samping, seperti mata merah, depresi, pusing, detak jantung cepat, halusinasi, dan tekanan darah rendah. Selain itu, juga mempengaruhi penilaian dan koordinasi, yang bisa mengakibatkan kecelakaan dan cedera. 

AMELIA RAHIMA SARI

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus