ANDA bersemangat diet kolesterol atau suka penyakit jantung? Lazimnya, orang memang memilih yang pertama. Apalagi, dengan menurunkan kolesterol darah, penyakit jantung koroner dapat dihambat. Tetapi penelitian mutakhir di Amerika Serikat menunjukkan yang lain. Diet untuk menurunkan kadar kolesterol darah ternyata dapat menyebabkan kematian -- dan ini besarnya sama seperti kematian yang diakibatkan mempunyai kolesterol tinggi. Diet kolesterol yang mengundang maut ini bermula dari kecurigaan James Neaton, ahli jantung dari Universitas Minnesota. Selama tiga puluh dua tahun program diet kolesterol dijadikan kampanye di seluruh dunia. Namun, selama itu angka kematian peserta diet tak menunjukkan penurunan, bahkan ada kecenderungan meningkat. Setelah kasus itu dikaji, disimpulkan bahwa mereka meninggal bukan karena serangan jantung, tapi karena beberapa sebab lain, di antaranya kanker, stroke, liver, dan paruparu. Dalam angka itu termasuk juga kematian yang disebabkan bunuh diri. Selama bertahuntahun Neaton melakukan penelitian terhadap 350 ribu pria, di antaranya 6% yang berkolesterol rendah. Hasilnya kemudian dimuat dalam The Archives of Internal Medicine edisi Juli lalu. Menurut Neaton, 2% dari pria yang melakukan diet itu meninggal karena paruparu, 3% kanker hati, 5% alkohol, 2% intracranical hemorrage, dan 2% karena bunuh diri. Bahkan pria yang berkolesterol rendah konon 12 tahun kemudian akan meninggal justru karena diserang penyakit jantung. Penelitian serupa juga telah dikerjakan oleh David Jacobs dari Universitas Michigan. Hasil yang dilakukan pada 290 ribu pria dan wanita di berbagai negara itu dipublikasikan September nanti dalam jurnal Circulation. Selama ini diketahui bahwa tingginya kadar kolesterol dalam darah akan menyebabkan tersumbatnya pembuluh jantung, penyebab utama penyakit jantung koroner. Kadar kolesterol yang dianggap normal -- untuk usia di atas 20 tahun -- adalah 180 sampai 200, atau 220 miligram/desiliter (mg/dl). Masalahnya akan timbul, menurut Jacobs, jika kadar kolesterol di bawah 160 md/dl. Karena itu, ia menganjurkan agar kolesterol jangan kurang dari 160 mg/dl, tidak lebih dari 220 mg/dl. Dan itu bisa dicapai bila mengonsumsi lemak tidak kurang dari 100 hingga 1.000 miligram per hari. Kadar kolesterol yang rendah bisa menyebabkan kematian, hingga kini diakui memang belum bisa dideteksi. Namun Jacobs memberikan sebuah teori, begini: kadar kolesterol yang rendah mengganggu aktivitas membran sel jaringan di seluruh tubuh, seperti hormon seks dan surfactant yang memelihara elastisitas paruparu. Tak hanya itu, kadar kolesterol rendah juga mengganggu aktivitas membran sel otak, yaitu dengan menurunnya serotonin -- senyawa otak. Menurut Jacobs, orang yang kekurangan serotonin sering pula berperilaku aneh, termasuk bunuh diri. Penemuan baru ini tentu mencemaskan masyarakat dan para ahli jantung yang berkutat dengan gerakan penurunan kolesterol. Di antaranya Antonio Gotto, pimpinan gerakan penurunan kolesterol dari Baylor College of Medicine, Huston, AS. "Kini kami harus meyakinkan masyarakat bahwa diet tersebut tidak membahayakan," katanya. Menurut Gotto, kolesterol yang rendah adalah akibat dari penyakit, bukan sebaliknya. Jadi, ia tetap percaya bahwa pembunuh nomor satu yang ditakuti itu adalah jantung koroner. Atas serangan tersebut, Jacobs memilih jalan tengah. "Jika saya mempunyai kadar kolesterol 190 mg/dl, saya akan terus mempertahankannya," katanya. Bambang Aji
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini