Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Dusta dan kegilaan dari korea

Cerita singkat film-film korea selatan berjudul chil-su, dusun berkabut, adada dan perempuan pengganti. pemutaran pekan film korea selatan di tim.

5 September 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADALAH Chil-Su, yang kepada gadis pu~jaannya mengaku sebagai mahasiswa seni rupa yang se~gera pergi ke Amerika. Ada~lah Mansu, pelukis papan iklan berwajah murung, yang hidupnya bergantung pa~da pesanan yang tak me~nen~tu. Suatu hari Chil-Su me~maksa Mansu meneri~ma~nya menjadi rekan kerja. Ke~du~anya lantas bersahabat: tinggal bersa~ma di rumah yang sempit dan kumuh, ba~hu-membahu, dan mencoba saling mema~hami. Persahabatan yang cerah, tapi juga se~dih. Ada fantasi dan kerja keras untuk ber~o~leh nasib baik. Namun keduanya te~tap~lah se~ti~tik kemiskinan dalam gemuruh kota besar yang makmur. Tak ada kemarahan, dan tak ada pula "kon~flik kelas", dalam film yang disutradarai oleh Park Gwang-Su itu. Jika kaum miskin di negerinya hanyalah minoritas, sungguh lebih baik menampilkan pribadi-pribadi se~perti Chil-Su dan Man-Su, yang masih memiliki humor dan kebersihan hati. Bukanlah protes sosial yang ingin ditampilkan, melainkan ironi terhadap kemakmuran negeri macan Asia itu. Terutama melalui beberapa adegan yang hampir sim~bolik: ketika kedua sahabat itu menggelantung berlumuran cat di gedung-gedung tinggi. Atau ketika mereka bersepeda di antara mobil-mobil yang me~laju cepat. Chil-Su dan Man-Su (1988) menggambarkan pribadi-pribadi yang didustai oleh ma~sya~rakatnya sendiri. Demikianlah, para sutradara film-film Korea Selatan tampak berusa~ha keras mengungkai dusta itu. Mereka pun ingin menjadi juru cerita yang baik. Dan itu ber~arti menampilkan tokoh-tokoh yang tak lazim ke tengah kenyataan yang tampak lazim dan tenteram. Lihatlah Dusun Berkabut (1982) yang disutradarai Im Kwon-Taek, misalnya. Seorang guru wanita ditugaskan ke sebuah desa terpencil. Ia tahu, masyara~kat di sana sangat memuliakan moral dan tradisi. Tetapi kenapa mereka memelihara seorang lelaki gila bernama Kae-Chol sela~ma bertahun-tahun? Si guru akhirnya tahu, penduduk mempunyai hukum tersembunyi: Kae-Chol "diperkenankan" menyeleweng dengan para is~tri -- dan setiap penyelewengan hanya boleh sekali belaka. Ia juga mendapatkan seks da~ri Kae-Chol. Tentu, semua itu melanggar Kon~fusianisme yang mereka anut. Tetapi dus~ta dilakukan demi tertib kehidupan, semen~tara dorongan liar dalam diri manusia ha~rus tetap jalan. Film ini ingin menyatakan bahwa tidak ada sebuah tatanan yang bi~sa dijaga hanya dengan ajaran resmi. Kegi~la~an dan pelanggaran yang secukupnya sung~guh perlu, seperti halnya dengan kabut yang melayap di atap rumah, atau hujan yang tercurah ke ladang kering. Tak pelak lagi, Im Kwon-Taek adalah su~tra~dara yang piawai menggarap tema tentang perempuan, yakni tema yang masih sensitif dalam masyarakatnya. Dua filmnya yang lain, Adada dan Perempuan Pengganti -- keduanya dibikin pada tahun 1987 -- juga diputar dalam pekan film ini. Lagi-lagi, tokoh-tokohnya muncul untuk menunjukkan kebohongan yang dihidupi masyarakat mereka. Sementara si guru wanita dalam De~sa Berkabut adalah tokoh yang cukup berjarak terhadap lingkungannya, Adada menampilkan perempuan bisu yang mencoba lebur dalam lingkungannya. Sekalipun ia merasa sehat dan bergairah dengan kebisuannya, jiwanya perlahan-lahan dibungkam: mula-mula oleh orang tuanya yang bangsawan, dan kemudian oleh suami dan mertuanya yang berasal dari lingkungan petani. Ia pun memilih kekasihnya sendiri: seorang fakir. Perempuan Pengganti menggarap sebu~ah peristiwa pada zaman dinasti Yi. Soon-Ok, dara 17 tahun, lugu dan agak liar, dipungut dari desa dan ibunya yang miskin, untuk melahirkan anak bagi Sang-Gyu, putra bang~sawan tak kunjung mendapat anak dari istri tercintanya. Si dara belajar tentang sopan santun dan cara mela~ya~ni lelaki dari istri dan ibu Sang-Gyu. Mula-mula, de~ngan sangat terpaksa ia me~lakukan persetubuhan de~ngan Sang-Gyu. Hari-ha~ri ke~mudian, ia menyukai seks yang ganjil itu: cin~ta~nya pa~da si lelaki tumbuh. Cinta yang me~nyatu dengan ke~ben~ciannya terhadap ling~kung~an bangsawan itu. Dengan tata artistik yang sangat kuat, film ini menelusuri psikologi Soon-Ok. Sejumlah besar medium shot tentang peru~mah~an bangsawan dan alam dalam empat mu~sim, mengiringi pergolakan perasaan si da~~ra. Sementara kaum bangsawan dilingkupi kesopanan dan kehalusan, mereka pun melakukan kejahatan terhadap kaum petani yang terwakili oleh Soon-Ok. Sedangkan ke~liaran dan kepolosan Soon-Ok seperti api da~lam sekam: karena ia tidak bisa melawan, ha~nya cinta (dan seks) yang membuatnya hi~dup. Sampai ia melahirkan: bayinya di~renggut dari pelukannya, diaku sebagai anak dari istri sah. Ia diusir, "jasa"-nya di~tukar dengan tanah nun di desa. Film-film Im Kwon-Taek mungkin dihujat oleh kaum feminis karena tidak menampilkan tokoh-tokoh perempuan yang ga~gah dan melakukan perlawanan. Memang, Adada tenggelam di danau dan Soon-Ok menggantung diri. Tapi Kwon-Taek sesungguhnya menunjukkan dengan ha~lus, bahwa bukanlah pribadi-pribadi ganjil itu yang harus didakwa, melainkan kekerasan mayoritas. Bahwa kegilaan dan kebisuan hadir justru untuk membuktikan ada~nya kenyataan yang nyaman dan tertib. Itulah realisme yang rendah hati, namun tajam menggores seperti mata belati. Nirwan Dewanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus