Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis rehabilitasi medik Neuromuskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), dr. Herdiman B. Purba, SpKFR(K), mengatakan ciri-ciri aktivitas suami istri yang berkualitas adalah ketika pasangan bisa saling memuaskan dan menyenangkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Seks berkualitas itu menyenangkan dan memuaskan kedua belah pihak," kata Herdiman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, saat melakukan hubungan seksual, pria dan wanita harus mendapatkan kesempatan yang sama, tidak saling egois dan sibuk dengan keinginan masing-masing. Sayangnya, di Indonesia sebagian masyarakat salah dalam menyikapi ungkapan populer istri bertugas melayani suami, lantaran dalam aktivitas seks suami istri seharusnya saling melayani.
"Padahal, WHO menyatakan bahwa salah satu kunci kualitas hidup yang baik adalah kualitas kehidupan seksual yang sehat. Bisa kita bayangkan kalau aktivitas seksual tidak berimbang dalam konteks ada yang melayani dan dilayani, tentu ini akan jadi masalah," ujar Herdiman.
Akibat ungkapan tersebut, Herdiman mengatakan banyak istri yang merasa hubungan seks merupakan sebuah tugas. Mereka berhubungan seks hanya untuk memenuhi kewajiban sehingga tak bisa merasakan kesenangan.
"Kata-kata ini mempengaruhi alam bawah sadar wanita Indonesia bahwa tugasnya adalah melayani. Bukankah seharusnya juga suami melayani istri dan mereka berdua saling melayani untuk mendapatkan aktivitas seksual yang menyenangkan?" tutur Herdiman. "Untuk mempercepat proses, dia akhirnya memalsukan orgasme. Seolah-olah sudah puas biar selesai. Ini tidak kita harapkan."
Oleh karena itu, untuk mendapatkan aktivitas seksual yang saling memuaskan dan menyenangkan, Herdiman mengatakan suami istri harus saling terbuka mengenai apa yang diinginkan.
"Akan parah ketika asik sendiri dengan pikirannya. Misal saat nonton ada oral seks, lalu suami berharap istrinya akan mengerti untuk melakukan itu. Tapi ternyata itu tidak pernah terjadi karena tidak pernah dikomunikasikan," ujar Herdiman.
Menurut Herdiman, komunikasi yang buruk antara suami istri itu akan lebih sulit diatasi daripada disfungsi ereksi dan gangguan orgasme. Pasalnya, hal tersebut tak hanya melibatkan fisik tapi juga mental dan ego.
"Bicarakan dengan pasangan sukanya apa, maunya bagaimana, saya maunya apa. Itu salah satu cara menyelesaikan masalah," tegasnya.