Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengusir Batu di Saluran Kemih
Ruang kerja terbatas, kurang gerak, dan kelewat banyak duduk. Begitulah ritme keseharian kru pesawat seperti pilot dan pramugari. Ditambah kurang minum, kerap menunda-nunda pipis, lengkap sudah risiko mereka untuk munculnya batu di saluran kemih.
Benar, bukan hanya kru pesawat yang berisiko menyandang batu di saluran kemih. Masyarakat umum juga bisa. Hanya, "Sejumlah penelitian menyebutkan, risiko pada kru pesawat tiga kali lebih besar," kata dokter Metra Syahar, spesialis urologi dari Rumah Sakit Pusat TNI AU Dr. Esnawan Antariksa, Jakarta, awal Desember lalu. Sebagai catatan, prevalensi batu saluran kemih di populasi umum diperkirakan mencapai 2-3 persen.
Biasanya, menurut Metra, pasien batu di saluran kemih baru berobat ke dokter jika mengalami nyeri perut yang selalu hilang-timbul. Pasien juga bisa mengalami gejala air seni berwarna merah darah. "Ada juga yang tanpa gejala," kata Metra.
Lalu, bagaimana terapi mengusir sang batu? Sejauh ini sebagian pasien memilih metode pemecah batu dengan gelombang kejut dari luar tubuh yang lebih dikenal dengan istilah ESWL, extracorporeal shock wave lithotripsy. Terapi dengan biaya Rp 5 juta ini tak memerlukan pembiusan dan tanpa pisau bedah, cuma butuh waktu sekitar satu jam. "Tak ada pula pembatasan aktivitas pascaterapi," kata Metra, "Dan, yang terpenting, tindakan ini aman." n
Pesaing Baru Metadon
Ada pesaing baru buat metadon. Ini obat terapi pengganti bagi pecandu ketergantungan heroin. Namanya dihidrokodein. Sebuah riset terhadap 235 responden yang digelar tim Universitas Edinburgh, Skotlandia, menunjukkan daya kerja zat ini setara dengan metadon.
"Kelebihannya, harga dihidrokodein lebih murah," kata dokter Roy Robertson, salah satu peneliti, seperti dikutip jurnal Addiction pekan lalu. Sebagai pembanding, dalam setahun, pengguna metadon musti merogoh kocek hingga sekitar Rp 27 juta, dua kali lipat dibanding harga dihidrokodein .
Selain harga lebih miring, dihidrokodein punya kelebihan lain. Kemasan berupa tablet membuat barang ini lebih gampang disimpan dibanding cairan metadon. Penggunaannya juga lebih gampang dikontrol sehingga tak salah dosis.
Selama beberapa tahun, dihidrokodein telah digunakan dokter umum dan spesialis untuk mengobati para pengguna narkoba. Cuma, hingga penelitian Robertson dan kawan-kawan dirilis, belum ada penelitian akurat soal efektivitasnya.
Orang Dewasa Juga Perlu Vaksin
Suntik vaksin tak melulu untuk bayi dan balita. Situs Mayo Clinic Women's Health Source pekan lalu melansir perlunya orang dewasa memanfaatkan sejumlah vaksin demi mencegah penyakit menclok di tubuh.
Nah, apa saja vaksin yang direkomendasikan buat orang dewasa? Inilah beberapa di antaranya. Vaksin influenza perlu diberikan saban tahun kepada mereka yang berusia 50 tahun ke atas, punya penyakit kronis, atau sistem kekebalan tubuhnya lemah. Vaksin ini juga dianjurkan bagi pekerja kesehatan atau mereka yang sering kontak dengan anak-anak.
Vaksin pneumonia dianjurkan bagi kalangan berusia 65 tahun ke atas, juga mereka yang memiliki penyakit kronis dan sistem kekebalan tubuhnya lemah. Tetanus, difteri, dan pertusis direkomendasikan bagi kalangan 19-64 tahun yang sering kontak dengan anak-anak.
Vaksin measles, mumps, dan rubella (MMR) cocok bagi mereka yang lahir setelah 1956 dan belum divaksinasi ketika kecil. Vaksin meningitis direkomendasikan bagi orang dewasa yang berisiko tinggi karena lemahnya sistem kekebalan tubuh, atau kerap melakukan perjalanan ke negara-negara yang banyak ditemukan kasus meningitis.
Vaksin hepatitis A dianjurkan bagi mereka yang berpenyakit hati kronis. Vaksin hepatitis B cocok bagi mereka yang terpapar darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, pengguna narkoba suntik, dan mereka yang gemar gonta-ganti pasangan seks. Sementara itu, vaksin human papillomavirus (HPV) dengan tiga dosis selama enam bulan direkomendasikan bagi perempuan berusia 9-26 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo