Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Titisan bibit sang dokter

Dokter cecil b.jacobson,55, dihadapkan ke pengadil an kota alexandaria, virginia, as. ia dituduh memasok spermanya bagi ibu yang sulit hamil. ia diancam denda us$ 500 ribu atau penjara 285 tahun.

29 Februari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DOKTER Cecil B. Jacobson, 55 tahun, sedang dicaci puluhan ibu. Ia dihadapkan ke pengadilan Kota Alexandria, Virginia, AS, sejak dua pekan lalu. "Kau berdusta, licik, dan kejam lantaran tamak," ujar Randy I. Bellows, pengacara ibuibu itu. Diperkirakan mereka telah melahirkan sedikitnya 70 bayi yang kini balita montok, tapi raut wajahnya sangat mirip dengan tampang Dokter Jacobson, pemilik bank dan pemasok sperma. Tapi, ia menampik menyebutkan asal sperma untuk keperluan inseminasi buatan yang telah melahirkan bayi-bayi itu. Jaksa menuduh Jacobson membohongi beberapa ibu yang sulit hamil, tapi ia menjanjikan kepada mereka dapat hamil. Sebaliknya kepada yang sudah hamil, dikatakan bahwa hamilnya itu semu. Pada awal sidang hari itu, tampil Deborah S. Gregory. Empat tahun lalu, Nyonya ini berkonsultasi pada Jacobson karena ia khawatir kandungannya yang ketiga keguguran. Oleh ahli fertilitas itu justru dikatakan: Nyonya Gregory tidak sedang hamil. Jacobson malah mengatakan bahwa kemungkinan sang nyonya tak akan pernah hamil. Ini menakutkan pasangan Gregory. "Kami bisa dituding hamil bohongan," isak Nyonya Gregory, yang perutnya makin gendut dan mengenakan baju hamil. Malah ada ucapan Jacobson yang persis pernah dilontarkannya kepada Nyonya Dawn Graham, "Tuhan tak bakal memberimu anak." Padahal, dalam pemeriksaan pada Januari 1987, ia sudah menjanjikan bahwa dalam setahun Nyonya ini akan hamil. Ketika memasarkan sperma kepada para ibu yang sulit hamil itu, Jacobson gemar pula memberi angin sorga. "Saya bisa mencarikan yang persis dengan suamimu," katanya. Namun, tak dikatakannya: ia termasuk pendonor bibit manusia. Dalam persidangan itu Jacobson bahkan dituding bahwa seorang di antara 70 bayi yang lahir berkat spermanya itu adalah putri pasangan Mary Green. Ketika mengamati potret si putri tadi, yang berumur tiga hari, mereka kaget. "Waduh, mirip siapa anak ini?" kata mereka berbarengan. "Perasaan kami sama, melihat wajah anak ini sangat mirip Jacobson. Padahal, dalam keluarga kami tak ada yang badannya segendut itu," ujar Nyonya Green. Kasus ini ternyata serupa dengan yang dialami Nyonya Mary Johnson. "Dia bilang, asal spermanya dari seorang mahasiswa kedokteran yang perkawinannya bahagia, dan dia sehat," ujar Mary. Yang disebutnya "dia" itu adalah Dokter Jacobson. Sebenarnya, Jacobson hendak memenuhi hasrat pasangan mandul yang datang kepadanya. Dokter ini, sejak tahun 70-an, kondang sebagai ahli genetika. Ia meraih sukses ketika menerima brevet untuk amniosintesis, yaitu mahir mendeteksi cacat janin setelah menilik unsur amnion dari cairan ketuban dalam kandungan. Belakangan koceknya mulai kering. Prakteknya sepi, bersamaan ketika program amniosintesis tak populer lagi menjelang tahun 1980-an. Lalu, ia membuka program donor sperma. "Dokter sebagai pendonor sperma adalah legal," kata James R. Tate, pembelanya. Namun, Nancy Whitten menyudutkan Jacobson. Ia, yang pernah bekerja dua tahun di klinik Jacobson, dalam persidangan bersaksi: tidak pernah ada seorang pun lelaki yang mendonorkan spermanya yang datang ke klinik itu. "Saya malah melihat dia biasanya masuk dua kali seminggu ke toilet membawa vial," kata Nancy Whitten, sambil menunjuk kepada Jacobson. Keterangan ini menambah keyakinan jaksa penuntut: yang menjadi donor sperma adalah Jacobson sendiri. Toh ia tetap menangkis dengan menyebutkan sperma itu milik orang yang tidak bersedia disebut namanya. Menurut jaksa, penipuan dan sumpah palsu yang dilakukan dokter itu berjumlah 52 buah. Ia diancam denda US$ 500.000. Dan bila semua tuduhan terbukti, berarti ancaman hukuman kumulatif untuk Jacobson adalah penjara 285 tahun. Hingga pekan ini sidang terpaksa ditunda, karena sedang ada badai salju. Sri Indrayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus