Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sering dijumpai pada tradisi pada anggota taruna, militer, dan kepolisian yang melakukan prosesi pernikahan yaitu terdapat pasukan prajurit mengenakan seragam lengkap membuat barisan dan mengangkat pedang. Kemudian dilewati oleh pasangan mempelai untuk menuju pelaminan. Prosesi ini disebut pedang pora.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari laman poltekip.ac.id, upacara tradisi pedang pora adalah suatu perayaan pernikahan yang dilaksanakan dalam rangka melepas masa lajang anggota TNI dengan diiringi rangkaian pedang berbentuk gapura dari hunusan pedang rekan-rekan atau adik angkatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Upacara ini merupakan simbol solidaritas dan rasa persaudaraan para prajurit, serta menerima pasangan prajurit dalam keluarga besar. Serta, upacara ini hanya bisa dilaksanakan sekali dari seluruh proses pernikahan pasangan mempelai.
Upacara ini dapat dilakukan dengan orang tua diikutsertakan maupun tidak. Jika upacara ini tidak mengikutsertakan orang tua, maka terdapat 12 tahap. Pertama, pasukan pedang pora memasuki tempat upacara. Kedua, mempelai dan disusul kedua orang tua untuk memasuki tempat upacara. Ketiga, inspektur upacara tiba di tempat upacara. Keempat, laporan komandan pasukan kepada inspektur upacara. Kelima, mempelai memasuki gapura Pedang Pora. Keenam, pernyataan dari inspektur upacara. Ketujuh, pemberian tanda kehormatan kepada mempelai. Kedelapan, inspektur upacara mengiringi kedua mempelai ke pelaminan. Kesembilan, laporan komandan pasukan. Kesepuluh, inspektur upacara meninggalkan tempat upacara. Kesebelas, foto. Kemudian upacara selesai.
Namun, jika upacara pedang pora pada pernikahan ingin mengikutsertakan orang tua, maka terdapat prosedur yang berbeda. Seperti, yang memasuki tempat upacara tidak hanya mempelai dan kedua orang tua, namun juga keluarga inti. Kemudian, ketika memasuki gapura tidak hanya pasangan mempelai, namun juga orang tua dan keluarga inti memasuki gapura Pedang Pora.
Selanjutnya setelah inspektur upacara memberi tanda kehormatan kepada kedua mempelai, inspektur upacara, orang tua, dan keluarga inti beserta pasukan pedang pora mengiringi pasangan pernikahan itu ke pelaminan. Berikutnya, sama seperti tanpa orang tua mengikuti prosesi, berfoto bersama, laporan komandan pasukan, dan upacara selesai. Selain digunakan saat upacar permikahan militer, pedang pora juga dilakukan biasanya untuk acara pisah sambut pimpinan TNI atau Polri.
JACINDA NUURUN ADDUNYAA