Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pernah mempelajari bahasa isyarat secara umum, namun kini Velove Vexia secara khusus mempelajari bahasa isyarat untuk produk kecantikan. Setidaknya ada 10 kosakata dalam dunia kecantikan yang baru dipelajarinya. 10 kosakata itu adalah; lipstik, bedak, maskara, eyeliner, foundation, blush on, eyeshadow, strobing, highlighter, dan juga countoring.
Baca: Velove Vexia Bilang Tubuhnya Punya Alarm Kalau Kegemukan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dulu di sekolah pernah ada kegiatan-kegiatan sosial, salah satunya yang saya pelajari adalah bahasa isyarat. Tapi kalau hari ini spesifikasinya bahasa isyarat di dunia makeup," kata Velove Vexia, ditemui dalam acara L’Oréal Diversity & Inclusion Driven, Selasa (24/7), di Lotte Shopping Avenue, Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Velove Xevia berharap agar para penyandang tunarungu bisa mendapatkan kesempatan sama untuk bekerja di dunia kecantikan. Adanya bahasa isyarat khusus produk kecantikan tentu akan menjembatani komunikasi antara penata rias tunarungu dan pelanggannya.
Baca: Velove Vexia Kurang Tidur dan Jerawatan, Langsung Pantang Makan
Bahasa isyarat menjadi salah satu jenis bahasa yang digunakan penyandang Tuli untuk berkomunikasi. Saat ini, bahasa isyarat sedang giat dikampanyekan agar semua orang dapat mengerti dan mengakses bahasa isyarat layaknya bahasa asing lain.
Ketua Pusat Layanan Juru Bahasa Isyarat Indonesia atau PLJBI, Juniati Effendi mengatakan bahasa isyarat SIBI atau Sistem Isyarat Bahasa Indonesia yang digunakan pemerintah sebagai rujukan tidak mewakili bahasa isyarat insan Tuli Indonesia. Karena itu, dia dan beberapa orang Tuli pengguna bahasa isyarat mendirikan Pusat Bahasa Isyarat Indonesia atau Pusbisindo.
"Lembaga ini sudah didirkan sejak 2009 untuk mengadvokasi bahasa isyarat yang dipakai komunitas Tuli untuk memprotes penggunaan SIBI oleh pemerintah," ujar Juniati Effendi saat diwawancarai di Sekretariat Pusbisindo, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu, 21 Juli 2018. Sejak didirikan, Pusbisindo gencar memperkenalkan bahasa isyarat kepada masyarakat. Lembaga ini membuka kegiatan belajar bahasa isyarat kepada berbagai institusi, semisal universitas sampai kedutaan.
Saat ini Pusbisindo sudah memberikan pembelajaran kepada lebih dari lima lembaga, dan membuka kelas karyawan maupun mahasiswa. Beberapa lembaga yang bekerjasama mengikuti pelatihan Bisindo adalah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, Bina Sarana Informatika, Pemda DKI Jakarta dan Kedutaan Australia. "Di Pemda DKI bahkan sudah membuka tiga kelas," ujar Juniati.
Baca: Tuntutan Peran, Velove Vexia Rela Aduk Semen dan Makan Petai
Guru dari Pusbisindo yang merupakan insan Tuli menjelaskan gerakan-gerakan bahasa isyarat kepada 15 murid. "Jumlahnya tidak boleh lebih dari 15 orang," ujar staf pengajar di Pusbisindo, Kusumo Yoga. Proses belajar mengajar juga harus dilakukan melalui tatap muka karena tidak menggunakan bahasa verbal.
Seorang peserta pelatihan bahasa isyarat, Nilamsari mengatakan, Bisindo memperkaya khasanah bahasa yang dimilikinya. "Saya juga dapat merasakan betapa pentingnya bahasa ini bagi teman-teman Tuli, terutama untuk berkomunikasi," kata karyawati sebuah perusahaan media ini.
TABLOID BINTANG | CHETA NILAWATY