Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Wajah Mencong Akibat Angin Malam

Kondisi tubuh yang lemah menyebabkan seseorang mudah terserang Bell’s palsy. Bisa meninggalkan cacat seumur hidup.

19 Juli 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAYANGKAN ketika bangun di pagi hari, tanpa Anda sadari, separuh wajah melorot. Mulut mencong mirip penderita stroke, alis dan sudut mata jatuh, serta hilang kerutan di dahi. Namun tak ada rasa sakit yang Anda derita. Inilah yang dialami bintang iklan dan pemeran sinetron Samuel Zylgwyn Heckenbücker, 21 tahun, tiga pekan lalu. Wajah tampan yang menjadi modal kariernya di dunia hiburan mendadak berubah, tak lagi simetris. Dunia bagai kiamat. ”Kaget banget melihat wajah sendiri di cermin,” kata bintang iklan berdarah Jerman ini.

Kecuali rasa nyut-nyutan di belakang telinga, tak ada gejala apa pun yang dialami Samuel selama dua hari menjelang perubahan di wajahnya. ”Kata teman, itu tanda masuk angin karena sering beraktivitas di luar,” ujarnya. Samuel memang sedang menjalani pengambilan adegan sinetron kejar tayang di tempat terbuka di Cibubur. Tak jarang syuting berlanjut hingga malam. Sambil menunggu giliran dan mengumpulkan tenaga, Samuel kerap leyeh-leyeh hingga tertidur di atas ranjang lipat yang selalu ia bawa ke lokasi syuting.

Selesai syuting hampir tengah malam, Samuel baru tiba di rumahnya, di Bekasi, pukul dua dinihari. Meski masih merasakan sakit di belakang telinga, karena kelelahan, ia langsung terlelap hingga pukul sepuluh pagi. Ketika bangun, ia belum menyadari pipinya mencong sebelah. Perubahan pada wajahnya itu baru terasa ketika mandi. ”Saya kelilipan air sabun karena tidak bisa menutup mata,” katanya. Samuel baru melihat perubahan pada wajahnya ketika melihat cermin. ”Kok, bisa begini?” kata pemeran film hantu ini.

Toh, dengan wajah miring, Samuel tetap berangkat kembali ke lokasi syuting. Ia baru ke dokter setelah disarankan oleh sutradara, dan pengambilan gambar ditunda karena kondisinya tidak memungkinkan. Di rumah sakit, dokter mengatakan bahwa Samuel menderita gangguan saraf tepi wajah atau saraf ketujuh, yang fungsinya mengatur gerak otot wajah. Setelah disuntik dan diberi obat, wajah Samuel mulai simetris, meski belum sempurna. ”Sekarang mendingan, asal jangan terlalu lelah dan cukup istirahat,” katanya.

Samuel menderita gangguan Bell’s palsy, yaitu terjadinya kerusakan berupa deformasi pada salah satu sisi wajah. Nama penyakit tersebut diambil dari ahli anatomi Skotlandia, Charles Bell (1774-1842), yang pertama kali menjelaskan gejala tersebut. Kerap terjadi kesalahpahaman manakala penderita Bell’s palsy disangka mengalami stroke. Penyakit ini sama sekali tidak berhubungan dengan stroke, yang tidak hanya membuat wajah mencong dan tampak idiot, tapi juga membuat lumpuh sebagian tubuh. Adapun Bell’s palsy dampaknya hanya di sekitar wajah.

Entah kebetulan entah tidak, Bell’s palsy banyak menyerang selebritas. Sejumlah aktor Hollywood juga punya riwayat wajah mencong akibat serangan pada saraf tepi ini. Pemeran James Bond, Pierce Brosnan, pernah diserang penyakit ini ketika bersiap tampil dalam sebuah acara televisi. Demikian pula aktor George Clooney dan aktris Katie Holmes. Bahkan bekas Perdana Menteri Kanada periode 1993-2003, Jean Chrétien, mengalami penyakit ini di masa remajanya. Karena tidak diobati dengan baik, penyakit itu menyisakan cacat miring pada wajah sebelah kirinya.

Apa penyebabnya? ”Sampai saat ini penyebab pasti gangguan tersebut belum diketahui,” kata Fitri Octaviana, ahli saraf dari Divisi Neurofisiologi Klinik, Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menurut Fitri, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada saraf tepi atau saraf ketujuh—yang dalam istilah kedokteran disebut saraf kranialis—penderita Bell’s palsy ditemukan isolat herpes zoster, sejenis virus yang terisolasi dan berkembang biak dalam jaringan saraf manusia.

Fitri mengatakan pada gejala Bell’s palsy terjadi peradangan pada saraf yang biasanya dipicu oleh udara dingin, atau satu sisi wajah terkena angin. Dampaknya, seperti yang dialami Samuel. Bahkan, pada kasus yang lebih parah, penderita tampak seperti orang letih, hidung terasa kaku terus-menerus, sulit bicara, tak dapat makan dan minum, sangat sensitif terhadap cahaya, hingga mengeluarkan air liur tanpa henti. Tak jarang penderita Bell’s palsy pada akhirnya menutup diri karena minder atau menderita gangguan jiwa.

Karena itu, tindakan cepat harus dilakukan untuk menghindari risiko cacat tetap pada wajah. Sejumlah ahli menyarankan agar gangguan Bell’s palsy ditangani paling lambat tiga hari sejak wajah mencong atau gejala lain terasa. ”Semakin cepat mendapat obat semakin besar kemungkinan sembuh sempurna,” kata Fitri, yang juga dokter pada divisi saraf tepi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Ia mengatakan penderita penyakit ini biasanya diberi obat-obatan antiinflamasi (peradangan), seperti kortikosteroid.

Meski penyakit ini sudah dikenal sejak dua abad silam, di Indonesia tak ada prevalensi pasti, kecuali catatan dokter bahwa dari 50 pasien yang berobat ke dokter spesialis saraf, satu hingga tiga orang divonis menderita Bell’s palsy. Penyakit ini tidak menyerang usia tertentu, siapa pun bisa terkena, termasuk bayi yang baru lahir. Kejadian Bell’s palsy pada wajah kiri sama besarnya dengan wajah kanan. Bisa pula menyerang kedua sisi wajah secara bersamaan, yang biasanya terjadi pada orang dengan HIV-AIDS.

Bagi penderita Bell’s palsy, tidak ada perawatan khusus untuk mengembalikan kondisi wajah. Biasanya tiga dari empat penderita akan pulih dalam waktu dua minggu setelah minum obat. Tapi penyakit ini bisa kembali muncul ketika kondisi tubuh lemah. Karena itu, para pasien disarankan beristirahat cukup, mengurangi kegiatan, dan melakukan terapi gerak wajah dengan mengunyah permen karet. Ada pula yang memilih metode akupunktur, seperti yang dijalani Samuel. ”Rasanya lebih nyaman,” katanya.

Adek Media


Gejala Bell’s Palsy
- Kelopak mata turun, mata kering, atau air mata terus mengalir.
- Tak bisa menutup mata atau berkedip.
- Kelumpuhan pipi, kulit wajah berkedut.
- Gangguan penciuman.
- Ujung mulut tertarik, kulit kering, atau kelebihan air liur, dan gangguan pada indra pengecap.

Saraf ketujuh terdapat di belakang telinga. Karena itu, Samuel Zylgwyn merasakan sakit pada bagian belakang telinga. Jaringan saraf inilah yang mengatur gerakan atau ekspresi wajah manusia, virus herpes terisolasi.

Virus herpes menyebar lewat sentuhan, bersin, atau pakaian yang dipakai penderita cacar. Pada orang yang menderita cacar, virus ini bisa tersisa dan menetap pada jaringan saraf. Ketika kondisi tubuh lemah, daya tahan berkurang, gangguan metabolisme muncul, dan berbagai kondisi buruk lainnya, termasuk stres, virus ini akan aktif menyerang jaringan saraf tersebut.

”Walaupun ditemukan isolat virus, ini bukan penyakit menular, karena virus herpes zoster belum bisa dibuktikan sebagai penyebab pasti gangguan ini,” kata ahli saraf Fitri Octaviana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus