Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Membeli pakaian baru adalah hal yang umum dilakukan oleh setiap orang. Namun, bagaimana nasib dari pakaian lama yang tak terpakai? Apakah Anda sudah menyadari dampak limbah pakaian yang bisa hasilkan? Menurut co-founder Komunitas Setali, Intan Anggita Pertiwie, banyak dari masyarakat yang memilih untuk membuangnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahkan kini, limbah atau sampah pakaian telah mencapai jutaan ton di seluruh dunia. “Dari data terakhir yang saya dapat, ada 90 juta ton limbah pakaian secara global. Angkanya sangat mengkhawatirkan,” kata Intan dalam acara Perfect Duo Peduli di Jakarta pada Jumat, 6 Desember 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padahal, wanita berkecimpung dalam memberikan perhatian pada limbah pakaian ini mengatakan bahwa terdapat banyak dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari limbah pakaian untuk kesehatan tubuh manusia. Salah satunya adalah masalah pernafasan.
Intan menjelaskan bahwa produk baju sebagian besar terbuat dari bahan polyester. Sedangkan bahan tersebut jika terus tertumpuk dapat mengeluarkan emisi dan berbagai gas berbahaya seperti hidrogen klorida. “Ini tidak bisa dibiarkan karena berdampak bagi pernafasan manusia,” katanya.
Masalah lain bisa berupa kurangnya kecukupan gizi yang diterima akibat terpengaruhnya tanah untuk pertumbuhan pangan. Intan menjelaskan bahwa pakaian yang terbuang dan menjadi limbah akan merusak kesuburan tanah. “Bagian itu akan sulit ditanami. Kalau terus berlanjut, bisa-bisa tidak ada tumbuhan yang bisa tumbuh dan kebutuhan nutrisi menjadi kurang terpenuhi,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA