Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Wisata Kuliner Murah-meriah di Area Titik Nol Yogjakarta

Titik Nol Kilometer Yogyakarta, menjadi sentra pariwisata kota gudeg, mulai wisata sejarah hingga wisata kuliner tersedia.

30 Juni 2018 | 06.32 WIB

Penjual nasi pecel di depan Pasar Bringharjo, Malioboro, Yogyakarta. Tempo/Francisca Christy Rosana
Perbesar
Penjual nasi pecel di depan Pasar Bringharjo, Malioboro, Yogyakarta. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Titik Nol Kilometer Yogyakarta, atau yang biasa disebut Titik Nol KM, telah menjadi sentra pariwisata kota gudeg. Mulai dari wisata sejarah hingga wisata kuliner bisa dilakoni di kawasan ini. Sejumlah lokasi bersejarah yang tersedia, antara lain, keraton, benteng, dan Museum Vredeburg, bermuara di sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tentu, ini membuat wisatawan akan betah berkeliling di sekitar Titik Nol. Selain untuk melancong. Ada pun wisata kuliner di sini tak kalah legendaris. Mulai dari sarapan, makan siang, hingga makan malam, wisatawan bisa kembara lidah di jantung kota Yogya ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut ini wisata kuliner di sekitar Titik Nol yang berhasil dihimpun Tempo.

1. Sarapan sate kere
Sate kere tak dimungkiri telah menjadi jajanan pinggiran favorit yang bakal dicari-cari pelancong ketika mendarat di Yogyakarta. Penganan ini umumnya disantap untuk sarapan. Porsi kecil dan harga yang relatif murah cukup menyenangkan untuk memulai hari. Penjualn penganan ini bisa dijumpai di sepanjang gerbang masuk Pasar Bringharjo—tak terlampau jauh dari Titik Nol KM.

Sate kere tersedia beragam varian. Mulai tempe gembus sampai lemak sapi. Sate ini memang dibuat dari “limbah” bahan makanan. Zaman dulu, penganan tersebut dikonsumsi oleh rakyat dengan ekonomi rendah yang ingin menyantap sate. Lantaran tak mampu, mereka memasaknya dengan bahan-bahan “limbah” tersebut.

Sate kere dijual mulai Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per tusuk. Cocok disantap dengan lontong atau nasi. Bisa juga menjadi camilan biasa.

2. Makan siang pecel beserta lauknya
Masih di kawasan Pasar Bringharjo, di sisi kanan dan kiri gerbang utama, kalau siang, sederet pedagang pecel membuka lapaknya. Mereka menjual pecel dan bakmi beserta aneka gorengan dan lauk-pauk.

Pecel Bringharjo cukup legendaris. Keberadaannya tak ayal diburu wisatawan. Sensasi menikmati pecel di tengah lalu-lalang orang keluar-masuk berbelanja batik memang keasyikan tersendiri.

Seporsi pecel ini dibanderol Rp 8 ribu. Sedangkan pecel bakmi Rp 10 ribu. Pengunjung bisa memilih beragam lauk, seperti sate jeroan, sate udang, dan ayam yang dibanderol mulai Rp 3.000.

Di belakang penjual pecel terdapat gerobak-gerobak angkringan. Pengunjung juga bisa menikmati pecel yang dipadukan dengan nasi kucing.

3. Makan malam bakmi Pak Pele
Jogja, selain terkenal dengan gudegnya, populer jua dengan bakminya. Uniknya, bakmi khas Jogja ini akan dimasak satu per satu menggunakan arang.

Masyarakat lokal biasa menyantap bakmi untuk makan malam. Salah satu bakmi yang terkenal adalah bakmi Pak Pele. Lokasinya di sisi selatan Alun-alun Utara Yogyakarta, tepatnya di depan SD Keputran.

Untuk menyantap bakmi di sini, pengunjung kudu rela mengantre. Sebab antreannya bisa mencapai puluah sampai ratusan. Tersedia bakmi rebus dan goreng. Bakmi ini dimasak dengan campuran telur bebek dan ayam kampung. Seporsi dibanderol Rp 20 ribu. Cocok disantap dengan wedang ronde.

 

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus