Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Yogyakarta Garap Pasar Tradisional Jadi Tempat Nongkrong Seru Layaknya Kafe

Pasar tradisional di Yogyakarta yang telah digarap antara lain Pasar Prawirotaman, Pasar Kranggan, dan Pasar Sentul. Kini jadi tempat nongkrong.

15 Februari 2024 | 19.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pasar tradisional kerap dipandang sebelah mata sebagai tempat jual beli yang padat, bau, hingga kotor dengan berbagai hiruk pikuknya. Tapi, Pemkot Yogyakarta ingin mengubah image negatif itu dengan menggarap sejumlah pasar tradisional supaya tak kalah menarik seperti kafe sehingga bisa jadi tempat nongkrong kaum muda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Pasar tradisional perlu diangkat sebagai ruang ekonomi kreatif," kata Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pasar tradisional yang telah digarap Pemkot Yogyakarta antara lain Pasar Prawirotaman, Pasar Kranggan, dan Pasar Sentul. Pasar-pasar itu tak sekedar memiliki pusat kuliner, namun di antaranya juga memiliki fasilitas workspace hingga rooftop seru untuk nongkrong sembari minum kopi dan menikmati suasana pusat Kota Yogya di sore dan malam hari. 

Sejumlah pengunjung menikmati kuliner di rooftop Prawirotaman Yogyakarta (dok. Istimewa)

Pasar Prawirotaman sendiri berada di Jalan Parangtritis dan lokasinya di perkampungan turis mancanegara yang sering berkumpul. Adapun Pasar Kranggan, lokasinya persis di barat Tugu Yogyakarta. Sedangkan Pasar Sentul ada di dekat Puro Pakualaman atau hanya sekitar 1,5 kilometer dari Titik Nol Kilometer Yogya.

"Tahun 2024 ini, fokusnya Pasar Sentul dan Pasar Terban yang kami kembangkan memiliki ruang ekonomi kreatif," kata Singgih.

Singgih mengatakan dengan luasan Kota Yogyakarta yang relatif kecil dibandingkan empat kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakarta, pasar tradisional dinilai memiliki peluang dikembangkan lebih luas. Tidak hanya sebagai tempat bertemunya antara penjual dan pembeli.

"Pasar rakyat di wilayah perkotaan memiliki peluang besar untuk dikembangkan menjadi pusat aktivitas ekonomi kreatif, maka perlu inovasi agar bisa menjadi tempat bertemunya anak-anak muda yang kemudian perlu ruang-ruang kreatif untuk menciptakan juga menunjukkan produk ekonomi kreatif,” paparnya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta Agus Tri Haryono menambahkan, pengembangan pasar rakyat menjadi ekosistem ekonomi kreatif dari hulu sampai hilir membuka peluang menjadi destinasi wisata tematik.

“Melalui perluasan fungsinya pasar rakyat mampu memenuhi fungsi strategis sebagai simbol kekuatan ekonomi lokal, dan bisa memberikan kontribusi lebih pada perekonomian daerah dengan menjadi destinasi wisata tematik, seperti wisata belanja, pertunjukan juga kuliner,” kata dia.

Pihaknya juga mengatakan pasar juga bisa dimanfaatkan sebagai ruang edukasi bagi masyarakat dan pelaku kreatif untuk mengembangkan ekonomi kreatif, mulai dari kuliner, kriya, fesyen, film, musik, juga desain visual. Pengembangan ini melibatkan banyak komunitas dan pelaku kreatif di Kota Yogya.

Selain empat pasar yang sudah dan sedang digarap itu, sejumlah pasar tradisional di Yogyakarta lainnya juga tengah disiapkan sebagai ruang ekonomi kreatif, yakni Pasar Ngasem, Pasar Beringharjo, dan Pasar Pasty. Pasar pasar itu akan dikembangkan untuk wisata keluarga dan kuliner malam hari.

PRIBADI WICAKSONO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus