Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Siang itu, ruangan dikepung oleh aroma lavender dan musik yang mengalun lamat-lamat. Denting piano, gesekan biola, membaur dengan suara debur ombak dan gemericik air. Mendadak, kesyahduan jadi kacau. Tanpa lelucon setitik pun, seorang laki-laki memberikan aba-aba: "Satu, dua, tiga..., wua-ha-ha...!"
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo