Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Ada Kota Hujan Selain Bogor, Namanya Kota Liwa

Seperti di Bogor yang berjuluk Kota Hujan, udara di Kota Liwa begitu sejuk untuk dihirup baik pada malam maupun siang hari.

13 Juli 2019 | 17.01 WIB

Suasana di Bukit Kabut Bawang Bakung yang berada di Kota Besi, Liwa, Lampung Barat. Hamparan awan menjadi pemandangan khasnya. (Instagram @sekalabrak_treasuresoflampung)
Perbesar
Suasana di Bukit Kabut Bawang Bakung yang berada di Kota Besi, Liwa, Lampung Barat. Hamparan awan menjadi pemandangan khasnya. (Instagram @sekalabrak_treasuresoflampung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Palembang - Kota Hujan adalah julukan untuk Kota Bogor di Jawa Barat. Di Palembang, ada juga wilayah yang berjuluk Kota Hujan. Namanya Kota Liwa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kota Liwa adalah ibu kota Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Udara di sana begitu sejuk untuk dihirup baik pada malam maupun siang hari. Seperti julukannya, hati-hati ketika berada di sana karena bisa tiba-tiba hujan. Begitu juga yang dialami Tempo ketika datang ke Kota Liwa saat libur sekolah pekan lalu. Hujan turun sangat lebat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suasana di jantung Kota Liwa sama seperti di kota besar lainnya. Jalanan tertata rapi dengan taman di kanan kirinya. Kota yang pernah dilanda gempa bumi pada 1994 itu memiliki sejumlah objek wisata yang menarik. Di antaranya Bukit Kabut Bawang Bakung, Air Panas Sekincau, Istana Kesultanan, kawasan wisata Umbok dan Perkebunan Kopi yang membentang luas di sepanjang lintas barat Sumatera.

Lantaran hari kian gelap dan hujan belum juga reda, Tempo memutuskan melanjutkan perjalanan ke Kota Krui, kota yang dulunya merupakan bagian dari kabupaten Lampung Barat. Di Kota Krui, ada objek wisata yang menarik juga, yakni Pantai Labuhan Jukung, Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.

Tempatnya persis di bawah plaza dan papan nama bertuliskan 'Labuhan Jukung Krui'. Pasir di pantai ini begitu halus dan ombaknya tenang. Dengan begitu, tak perlu khawatir anak-anak bakal tergulung ombak saat bermain pasir atau membangun istana pasir di tepi pantai.

Kendati ombaknya relatif anteng, sekitar 1 kilometer dari bibir pantai terlihat sekelompok pemuda bersiap untuk berselancar. Mereka akan melawan arus dan tinggingya gelombang laut Samudera Hindia. Sebagian besar para selancar itu adalah wisatawan mancanegara. Pantai Labuhan Jukung menjadi tempat incaran bagi peselancar karena di sana juga terdapat kelas berselancar bagi pemula.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus