Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

5 Fakta Stasiun Pondok Rajeg Depok yang Beroperasi Kembali Setelah 18 Tahun Ditutup

Stasiun Pondok Rajeg ditutup pada 2006, ketika layanan Kereta Rel Diesel (KRD) Nambo dihentikan karena keretanya sudah tak layak jalan.

22 Oktober 2024 | 22.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Stasiun Pondok Rajeg (bptj.dephub.go.id)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Reaktivasi Stasiun Pondok Rajeg di Depok, Jawa Barat, telah menjadi angin segar bagi kaum komuter yang membutuhkan transportasi umum yang terjangkau dan efisien. Setelah tidak beroperasi selama hampir dua dekade, stasiun ini akhirnya diresmikan kembali pada 19 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Reaktivasi ini tidak hanya menambah pilihan moda transportasi, tetapi juga menjadi bagian penting untuk meningkatkan konektivitas di kawasan Jabodetabek. Berikut lima fakta menarik tentang Stasiun Pondok Rajeg, dari sejarah hingga biaya pembangunan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Reaktivasi Setelah 18 Tahun Terbengkalai

Stasiun Pondok Rajeg tak berfungsi selama 18 tahun. Stasiun ini sebelumnya ditutup pada 2006, ketika layanan Kereta Rel Diesel (KRD) Nambo dihentikan karena keretanya sudah tak layak jalan. Selama periode itu, stasiun ini terabaikan, bahkan mengalami kerusakan parah akibat vandalisme. Sejak 2013, bangunan stasiun penuh coretan dan terlihat kumuh.

Namun, setelah melewati proses panjang mulai dari studi lapangan hingga pengembangan, stasiun ini kembali berfungsi sebagai salah satu titik penting dalam jaringan KRL Commuter Line yang melayani rute Jakarta Kota-Nambo.

Foto udara Stasiun Pondok Rajeg, Depok, Jawa Barat, Senin 14 Februari 2022. Pembangunannya bertahap, mulai dari mengangkat track untuk membuat elevasi track posisi rata pada emplacement stasiun. TEMPO/Subekti

2. Bagian dari Jalur Kereta Api Lingkar Luar Jakarta

Asal usul Stasiun Pondok Rajeg dapat dirunut dari rencana besar pemerintah membangun Jalur Kereta Api Lingkar Luar Jakarta pada awal tahun 1990-an. Tujuan dari jalur ini adalah agar kereta barang tidak perlu memasuki wilayah inti DKI Jakarta, sehingga mengurangi kemacetan di pusat kota. Namun, krisis finansial Asia pada 1997 menghentikan proyek tersebut sebelum rampung. Akibatnya, jalur kereta hanya dibangun hanya sampai Stasiun Nambo.

Meski rencana awal belum sepenuhnya terwujud, Stasiun Pondok Rajeg akhirnya mendapatkan fungsi baru sebagai bagian dari jaringan KRL Commuter Line, melayani penumpang yang bepergian dari kawasan Depok dan sekitarnya ke Jakarta. Beroperasinya kembali stasiun ini menjadi bagian dari cita-cita untuk mengurangi beban kendaraan pribadi di Jabodetabek.

3. Lokasi Stasiun

Terletak di Kecamatan Cilodong, Depok, Stasiun Pondok Rajeg menjadi lokasi strategis untuk meningkatkan konektivitas kawasan Jabodetabek. Stasiun ini menghubungkan wilayah Depok dan Bogor dengan pusat kota Jakarta, memungkinkan masyarakat yang tinggal di pinggiran kota memiliki akses yang lebih mudah ke pusat ibu kota.

Dengan melayani rute Jakarta Kota-Nambo, Stasiun Pondok Rajeg menjadi alternatif penting bagi warga Depok dan sekitarnya yang kerap harus menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum lainnya yang sering kali tidak terintegrasi dengan baik. Reaktivasi stasiun ini juga diharapkan mampu mengurangi kemacetan lalu lintas di sepanjang jalur utama menuju Jakarta.

4. Targetkan 5.000 Penumpang per Hari

Reaktivasi Stasiun Pondok Rajeg tidak hanya ditujukan untuk menghidupkan kembali fasilitas transportasi yang ada, tetapi juga untuk mendistribusikan penumpang di stasiun-stasiun sekitar seperti Cibinong dan Nambo. Plt. Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Suharto, menyatakan bahwa pembangunan stasiun ini dirancang untuk melayani hingga 5.000 penumpang per hari.

Target ini diharapkan dapat tercapai dengan peningkatan jumlah perjalanan KRL dan semakin terhubungnya stasiun ini dengan moda transportasi lain di wilayah Jabodetabek. Dalam jangka panjang, hal ini akan membantu mengurangi beban stasiun-stasiun lain yang kerap penuh sesak, sekaligus membuka rute perjalanan baru bagi masyarakat.

5. Biaya Pengembangan Rp27,9 Miliar

Proses reaktivasi Stasiun Pondok Rajeg memerlukan investasi besar. Dimulai sejak 2022, proyek ini menelan biaya hingga Rp27,9 miliar. Biaya tersebut digunakan untuk membangun kembali infrastruktur stasiun yang sudah rusak, termasuk perbaikan jalur, pembangunan peron, dan fasilitas lainnya.

Reaktivasi ini merupakan hasil kolaborasi antara Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Direktorat Jenderal Perkeretaapian, PT KAI, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), dan Pemerintah Kota Depok. 

Stasiun Pondok Rajeg diharapkan mempermudah kaum komuter menggunakan transportasi umum dibandingkan kendaraan pribadi, sehingga mengurangi tingkat kemacetan yang sering kali menjadi masalah besar di wilayah Jabodetabek.

PUTRI ANI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus