Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Belasan remaja terjebak di Gua Tham Luang, Thailand, sejak 23 Juni lalu, bersama pelatih sepakbola mereka. Mereka menjelajah gua itu usai berlatih, namun tiba-tiba banjir bandang datang hingga menutup jalan keluar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini sudah 7 korban berhasil dievakuasi, dan proses penyelamatan terus berlangsung. Peristiwa belasan ana terperangkap di gua ini dan proses evakuasinya yang sulit menjadi perhatian media dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masih belum diketahui apakah gua itu memang kerap dikunjungi orang kebanyakan, ataukah untuk menjelajahinya perlu ketrampilan khusus seperti dalam jenis olah raga susur gua (caving).
Namun, susur gua pada dasarnya bukan aktivitas luar ruangan atau outdoor biasa. Sedikit berbeda dengan kegiatan lainnya, diperlukan keahlian khusus dan pemahaman tertentu sebelum melakukannya. Beragam risiko pun harus siap dihadapi.
Itulah sebabnya susur gua, baik gua vertikal maupun horisontal, tergolong dalam kegiatan ekstrem. Meski demikian, gua-gua yang umumnya menawarkan petualangan seperti Gua Jomblang, di Yogyakarta, tetap bisa dinikmati wisatawan.
Ada beberapa tip aman susur gua menurut dua caver profesional. Tip ini disampaikan oleh Fathoel Arifin dari Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (HIKESPI) dan Cahyo Alkantana, Presiden Asosiasi Wisata Goa Indonesia (ASTAGA) and President Indonesia Adventure Travel and Trade Association (IATTA) sekaligus pemilik Jomblang Cave Resort, saat dihubungi Tempo pada Senin, 9 Juli 2018.
1. Kursus caving atau penelusuran gua
Untuk menelusuri gua-gua ekstrem, wisatawan diimbau mengikuti kursus lebih dulu di sejumlah himpunan yang menyediakan jasa pelatihan. Sama seperti diving, civing memerlukan pengetahuan dasar tentang speleologi yang harus dipahami calon caver. Dua caver profesional itu mengatakan sangat bahaya menyusuri gua tanpa dibekali pengetahuan tentang gua.
2. Memperhatikan keadaan cuaca
Cahyo mengimbau wisatawan wajib peka dengan keadaan alam. Mereka sebaiknya tidak memasuki gua yang mudah kebanjiran pada musim hujan. Khususnya untuk gua berair atau yang dekat dengan aliran sungai.
"Jadi jangan melakukan kegiatan penelusuran gua pada musim hujan, baik itu wisata gua penelusuran maupun cave tubing," katanya.
3. Membawa alat penerangan ganda
Fathoel berujar, sebenarnya, peranti utama untuk memasuki gua alami (batuan kapur) adalah penerangan. Calon caver pun diminta untuk membawa alat ganda, yang meliputi senter dan head lamp. Sebab, keadaan gua gelap gulita. Entah siang, entah malam.
Maka itu, lampu adalah satu-satunya penunjuk jalan. Bila hanya membawa satu penerangan, bila habis kapasitas baterainya, caver tak bisa melihat apa-apa di dalam gua.
4. Mengikuti arahan pemandu
Caver harus didampingi oleh pemandu profesional selama susur gua. Selama kegiatan masuk ke gua pun semua arahan pemandu harus diikuti. Pemandu biasanya memiliki standar operasional khusus. Mereka juga paham betul dengan keadaan gua. Bila pemandu memberi instruksi wisatawan tak bisa menyusuri gua lebih dalam, maka mereka tak boleh memaksa.
5. Mempersiapkan fisik dan mental
Fisik dan mental juga menjadi modal utama saat menyusuri gua. Sebab, aktivitas tersebut akan menguras habis tenaga. Bila tak siap, hal tersebut akan membahayakan diri. Misalnya, saat keadaan lelah, dan caver masih berada di dalam gua, bila mentalnya tak kuat, ia akan mudah putus asa.
6. Memahami teknik tali tunggal
Khusus untuk penyusuran gua vertikal, Fathoel menyarankan calon caver memiliki pengetahuan tentang teknik single rope atau tali tunggal. Teknik ini dipakai untuk menuruni gua dan menaikinya kembali seperti yang terjadi saat menyusuri Gua Jomblang di Yogyakarta.
7. Menjaga ketenangan
Menurut Cahyo, caver harus menjaga ketenangan selama susur gua. Sebab, bila mereka berisik, hal itu akan mengganggu kehidupan makhluk hidup di dalam gua.