Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Titiek Puspa merupakan seorang penyanyi legendaris pop Indonesia, yang lahir di Kalimantan Selatan, 1 November 1937 dengan nama lahir Sudarwati. Walaupun dia lahir di tanah Kalimantan, ia memiliki darah Jawa yang amat kental. Ayahnya bernama Tugeno Puspowidjojo, seorang mantri dari Kutoarjo, Purworejo. Sementara ibunya, Siti Mariam perempuan asal Trenggalek yang dikenal tabah dan taat kepada suaminya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baru tiga bulan umur Sudarwati, keluarga Tugeno harus meninggalkan Kalimantan untuk hijrah ke Semarang karena Tugeno mendapatkan pekerjaan di Centraal Burgerlijke Ziekenhuiz yang sekarang dikenal sebagai Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Disarikan dari ejournal3.undip.ac.id, pekerjaan Tugeno di Semarang terbilang cukup baik. Gajinya lebih dari cukup untuk menghidupi istri dan anak-anaknya. Akan tetapi, keadaan berubah ketika Jepang menduduki Jawa pada 1942. Keluarga Tugeno harus merasakan kesengsaraan yang luar biasa akibat kebijakan Militer Jepang.
Salah satu kebijakan yang membuat rakyat sengsara adalah kebijakan produksi dan pendistribusian beras. Saat itu militer Jepang benar-benar mengatur secara ketat pendistribusian beras. Beras berkualitas terbaik dari Jawa dikirim ke luar Jawa untuk mendukung perang. Sebagai akibatnya, banyak orang-orang tergeletak di jalanan karena kelaparan.
Keluarga Tugeno tergolong beruntung karena Mariam adalah istri yang tekun. Ia sudah memperkirakan kehidupan di esok hari yang serba tidak pasti. Oleh sebab itu, ia tidak pernah membelanjakan penghasilan suaminya sampai habis.
Selain itu, ia juga sering membuat kue-kue kecil untuk dijual. Sudarwati kecil dan kakak laki-lakinya yang menjajakan dagangan Mariam. Berkat keuletan Mariam, Sudarwati dan kakak-kakaknya luput dari kelaparan. Namun demikian, orang-orang yang kelaparan hingga mati dan tergeletak di jalan adalah pemandangan yang tidak luput dari pandangan Sudarwati kecil.
Setelah menetap di Kranggan, Sudarwati kembali melanjutkan pendidikan yang terpaksa terhenti karena beberapa kali harus pindah dari satu kota ke kota lain. Sudarwati belajar di Temanggung dari kelas dua sampai kelas empat SD. Kemudian ayahnya memutuskan untuk mengirim putrinya ke Magelang agar Sudarwati mendapatkan sekolah yang lebih baik.
Sudarwati kecil berangkat ke Magelang setiap pagi dan pulang ke Kranggan menjelang sore dengan menggunakan kereta api. Di sanalah ia mulai menemukan bakatnya di dunia musik.
Dalam perjalanan pulang dari Magelang, sore itu semua penumpang di kereta tampak amat lelah dan memejamkan mata, termasuk Sudarwati.
Namun ternyata suara jes-jes dan bunyi asap yang keluar dari selongsong terdengar seperti nada baginya. Deru mesin yang mendengung justru ikut serta menjadi instrumen.
Baca: Titiek Puspa Menjadi Legenda Diri Sendiri
Jalan Panjang Titiek Puspa
Titiek Puspa memulai karirnya di dunia tarik suara dengan mengikuti lomba bintang pelajar. Pada perlombaan tersebut, Titiek mengalahkan pesaingnya yang rata-rata adalah murid SMA. Kemenangan itu benar-benar menjadi batu loncatan baginya. Ia kemudian melanjutkan kiprahnya dengan mengikuti berbagai macam lomba menyanyi lainnya.
Setelah berhasil menjuarai berbagai perlombaan menyanyi, ia pun memberanikan diri untuk tampil di panggung yang lebih besar dengan berpartisipasi pada Pemilihan Bintang Radio Tingkat Daerah 1954 yang diselenggarakan oleh RRI.
Namun sayang, saat itu Titiek gagal pada babak penyaringan pertama karena tidak dapat mengingat lirik dengan baik dan hanya berdiri seperti patung di atas panggung. Setelah berdiri di atas panggung beberapa menit, Titiek dinyatakan gugur oleh juri.
Kemudian seperti mendapatkan kesempatan kedua, setelah malam final RRI mengadakan panggung gembira sebagai malam puncak Pemilihan Bintang Radio. Meskipun telah gagal, Titiek tetap diberi kesempatan untuk tampil. Sjaiful Bahri sendiri yang meminta Titiek untuk tampil. Menurut Sjaiful, Titiek adalah seorang penyanyi yang berbakat.
Setelah melihat penampilan Titiek Puspa, RRI Jakarta tertarik untuk mengangkatnya sebagai tenaga honorer. Pengangkatannya juga berdasar pada jumlah penggemar Titiek di Jakarta yang termasuk banyak.
Setelah diangkat menjadi tenaga honorer, Titiek ditugaskan untuk menjadi pengisi acara tetap di RRI sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jadwal itu meliputi rekaman dan siaran musik langsung.
Pada Desember 1960, Titiek berkesempatan menjadi salah satu anggota tim budaya Indonesia untuk melakukan kunjungan muhibah seni ke Malaysia atau dikenal dengan Misi Muhibah Kebudayaan Indonesia.
Radio Malaya bekerja sama dengan Bagian Informasi Kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur merancang sebuah tur untuk rombongan dari Indonesia yang berjumlah 65 orang. Mereka adalah para bintang pop terbaik RRI yang mendapatkan undangan dari pemerintah Malaya.
Lawatan seni ke negara-negara persekutuan Melayu terselenggara berkat dukungan dari pemerintah, meskipun misi tersebut sebenarnya bukan termasuk dalam misi kebudayaan yang diprogramkan oleh Pemerintah Indonesia.
Titiek yang tergabung dalam rombongan muhibah seni ke negara Malaya tersebut kemudian membentuk Orkes Puspa Sari. Sejumlah penyanyi dan komponis terkenal seperti Sri Redjeki, Sam Saimun, Said Efendi, Iskandar, Sjaiful Bahri, dan Bing Slamet turut serta dalam lawatan tersebut. Akhirnya, Titiek lahir dan tumbuh bersama penyanyi-penyanyi Indonesia terkenal yang dahulu dikaguminya.
ANNISA FIRDAUSI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.