Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem Garebeg Besar. Perhelatan akbar ini bertujuan untuk memperingati Hari Raya Idul Adha 1440 H dan masih menjadi perhelatan yang dinanti-nanti masyarakat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak pagi, masyarakat telah berjubel di sekitar keraton pada Senin (12/8). Warga berkumpul di kompleks Keraton, Alun Alun Utara hingga Masjid Gedhe Kauman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka bersiap memperebutkan hasil bumi dari gunungan, yang diarak para bergada atau prajurit keraton. Warga percaya hasil bumi yang direbut itu bisa mendatangkan berkah dan ketenangan batin bagi mereka.
Benar saja, tak sampai hitungan menit, sejumlah gunungan yang diarak itu sudah ludes tak bersisa saat mulai diperebutkan. Dalam upacara ini, pihak Keraton Yogya menyiapkan sebanyak tujuh gunungan atau hasil bumi yang disusun menyerupai gunung yang akan dibagikan di tiga tempat berbeda.
Lima gunungan yakni Gunungan Kakung, Gunungan Estri, Gunungan Darat, dan Gunungan Pawuhan, yang dibagikan di halaman Kagungan Dalem Masjid Gedhe Kaumana.
Gunungan Gepak akan dibagikan di Pendhopo Kawedanan Pengulon di utara Masjid Gedhe. Sementara itu, dua Gunungan Kakung masing-masing akan dibagikan di Puro Pakualaman dan Kepatihan.
"Sudah menunggu sejak jam 09.00 di masjid ini (Gedhe Kauman) untuk bisa ikut ngrayah (berebut) gunungan," ujar Mursinem, 50 warga Bantul yang datang seorang diri ke perhelatan itu.
Mursinem yang mendapatkan beberapa item hasil bumi seperti kacang panjang itu berencana memasaknya. Sedangkan hiasan kayu yang berhasil direbutnya akan disimpan di lemari rumah.
"Tahun lalu tradisinya digelar pas liburan, banyak sekali yang datang sampai saya nggak dapat. Mungkin sekarang pas bukan liburan jadi bisa dapat pas rebutan," ujar perempuan yang berkendara dari rumahnya ke acara itu menggunakan sepeda motor.
Berbeda dengan Arini, 56, warga Umbulharjo, Kota Yogyakarta yang mendapatkan ketan. Ia berencana akan menyimpan saja ketan itu di rumah dengan harapan bisa mendapatkan berkah ketentraman di masa datang.
Penghageng Kawedanan Pengulon, Kanjeng Raden Tumenggung Akhmad Mukhsin Kamaludin Ningrat selaku panitia menuturkan tradisi grebeg digelar sebagai ungkapan syukur pihak Keraton Yogya yang diwujudkan dengan bentuk sedekah melalui hasil bumi pertanian.
Masyarakat mulai mencabuti hasil bumi pada gunungan untuk mengambil berkah. TEMPO/Pribadi Wicaksono
"Sebenanya inti tradisi ini ungkapan syukur atas berkah yang sudah diberikan Allah, bukan pada momen berebut gunungannya. Namun karena gunungan itu sudah didoakan, ya semoga bisa memberi berkah bagi yang mendapatkannya," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO