Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, akan menggelar Festival Geopark pada 24-25 November. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempromosikan sejumlah objek wisata yang masuk Geopark Nasional hamparan minyak bumi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Festival Geopark akan dipusatkan di Kayangan Api di Kecamatan Ngasem, yang masuk Geopark Nasional hamparan minyak bumi," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro Amir Syahid, di Bojonegoro, Rabu, 14/11.
Amir mengatakan kegiatan Festival Geopark diawali dengan aksi "Sapta Pesona" dengan kegiatan pokok penanaman pohon di kawasan lapangan minyak Wonocolo di Kecamatan Kedewan. Kawasan ini masih masuk Geopark Nasional hamparan minyak bumi.
Sederet artis kondang siap meramaikan acara pada dua hari tersebut. Pada 24 November akan tampil Regina Idol, Djaduk F dan Bojonegoro Ethnic Musik Sedangkan 25 November akan dimeriahkan artis ibu kota Anji, Sruti Respati, Indro H, dan Bojonegoro Light Orkestra.
Kepala Bagian Sumber Daya Alam (SDA) Pemkab Bojonegoro Darmawan, sebelumnya menjelaskan bahwa pemerintah kabupaten telah mengusulkan penetapan lima geosite masuk Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG) kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Lima geosite tersebut adalah adalah Kayangan Api (Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem), Dung Latung (Desa Drenges, Kecamatan Sugihwaras), Petroleum Wonocolo ( Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan).
Selain itu, juga Antiklin Kawengan, semuanya di Kecamatan Kadewan, dan situs fosil gigi hiu purba di Desa Jono, Kecamatan Temayang. "Usulan penetapan lima geosite itu sebagai upaya perlindungan juga pengembangan pariwisata," kata Darmawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Manajer Bisnis Administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro Ahmad Yani mengatakan pemerintah kabupaten seharusnya lebih memperhatikan pengamanan geosite yang masuk KCAG di wilayah kawasan hutan, antara lain, situs gigi hiu purba di Desa Jono, Kecamatan Temayang. Sebab kawasan yang masuk situs gigi hiu purba yang berada di kawasan hutan jati itu, sama sekali belum ada pengamanan sehingga banyak fosil gigi hiu purba yang hilang diambil orang.
Tidak hanya itu, geosite Dung Latung di Desa Ndrenges, Kecamatan Sugihwaras, yang juga belum ada pengamanan, sehingga tidak terawat. "Saya pernah melihat ada kucing mati masuk di kubangan yang mengeluarkan gas dan rembesan minyak," ucapnya menambahkan.
ANTARA