Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Bong Suwung Stasiun Tugu Steril, Daop 6 Yogyakarta Siapkan Akses Baru Leluasa

PT. KAI Daop 6 Yogyakarta pekan ini baru selesai melakukan sterilisasi kawasan Bong Suwung di wilayah emplasemen bagian barat Stasiun Yogyakarta.

4 Oktober 2024 | 10.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - PT. KAI Daop 6 Yogyakarta pekan ini baru selesai melakukan sterilisasi kawasan Bong Suwung di wilayah emplasemen bagian barat Stasiun Tugu Yogyakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bong Suwung dikenal sebagai kawasan pemukiman pinggir rel kereta api, yang banyak ditinggali warga yang berprofesi pemulung selama puluhan tahun ini. Lokasi Stasiun Tugu Yogyakarta sendiri hanya ratusan meter dari kawasan Malioboro.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pantauan Tempo, pada Kamis pagi, 3 Oktober 2024, sejumlah gubuk dan bangunan semi permanen pinggiran rel itu dibongkar dan dibersihkan ratuan petugas gabungan PT.KAI, kepolisian, dan satuan polisi pamong praja Kota Yogyakarta. Untuk menghindari area itu kembali disalahgunakan, kepolisian mendirikan posko pemantauan selama satu bulan ke depan.

Lantas, untuk tujuan apa sterilisasi Bong Suwung itu? 

Executive Vice President (EVP) Daop 6 Yogyakarta, Bambang Respationo, menuturkan sterilisasi ini diharapkan dapat membuka ruang baru bagi pengembangan Stasiun Yogyakarta atau Stasiun Tugu yang merupakan salah satu gerbang utama menuju Kota Yogyakarta. Jadi, bakal ada akses baru di Stasiun Tugu yang selama ini terkonsentrasi dari sisi timur dan selatan yang dinilai sudah sangat padat dan kerap memicu kemacetan.

"Saat ini aktivitas langsiran kereta api di Stasiun Yogyakarta hanya bisa dilakukan ke arah timur karena kondisi di sisi barat yang tidak memungkinkan," kata dia, Kamis, 3 Oktober 2024. "Padahal, seperti diketahui kondisi jalan di Yogyakarta khususnya di sekitar Malioboro, sudah macet luar biasa sehingga kami harapkan dapat bermanuver (membuka akses) sisi barat stasiun dan mengurangi kemacetan."

Bambang mengatakan, dari lokasi yang sudah steril itu nantinya akan dilakukan pemekaran atau pelebaran jarak antara rel. Hal tersebut memungkinkan perpanjangan peron Stasiun Yogyakarta.

"Saat ini dapat kita lihat bahwa peron diantara dua jalur pendek-pendek. Ini juga berbahaya bagi penumpang karena berkerumun. Nanti rel ini akan kami lebarkan semua, sehingga memberi ruang untuk pengembangan peronnya. Jadi pengembangan tahap pertama adalah pengembangan di emplasemennya," kata dia.

Sterilisasi kawasan Bong Suwung yang berada di sisi barat Stasiun Tugu Yogyakarta, Kamis 3 Oktober 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono

Sementara untuk tahap berikutnya Stasiun Yogyakarta akan diperluas sehingga dapat mengakomodir penambahan pelanggan kereta yang terus meningkat tiap tahun. Upaya penataan ini diharapkan dapat membantu memperkuat citra kota Yogyakarta sebagai tujuan utama wisata dari berbagai daerah, sehingga tingkat kunjungan pun semakin naik. 

"Stasiun Tugu ini adalah heritage (cagar budaya) yang tidak bisa dirombak lagi. Yang bisa dilakukan hanya pengembangan dengan membuat bangunan stasiun lagi yang lebih besar di sekitarnya," kata Bambang.

Sterilisasi Bong Suwung sendiri dilakukan oleh perwakilan Manajemen dan Pekerja di Daop 6 Yogyakarta serta dibantu oleh kewilayahan diantaranya TNI, Polri, Satpol PP, PLN, dan Damkar. Total personil yang dikerahkan dalam sterilisasi kali ini sebanyak 400 orang.

Bambang mengatakan bahwa sterilisasi area Bong Suwung ini juga pertimbangan keselamatan perjalanan kereta api. "Kondisi di sini sangat rawan kecelakaan karena frekuensi dan kecepatan kereta yang semakin bertambah. Selain itu kondisi ini juga membahayakan keselamatan warga yang bermukim di sini," ungkapnya.

Selain itu, di area Bong Suwung yang masih berada di emplasemen Stasiun Yogyakarta ini merupakan area yang banyak aktivitas langsiran kereta. Daop 6 Yogyakarta sendiri mengalokasikan dana hingga Rp 532 juta untuk memberikan kompensasi kepada warga Bong Suwung yang terdampak sterilisasi. Total bangunan yang disterilisasi di Bong Suwung mencapai 75 unit.

Perwakilan warga Bong Suwung dari Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PHBI), Restu Baskara menuturkan ada sekitar 164 warga yang terdampak sterilisasi itu. Setelah menerima uang tali asih, sebagian warga yang tinggal di kawasan itu memilih pulang kampung. "Untuk kompensasi sudah diberikan, namun masih ada sekitar 33 warga masih mencari tempat tinggal pengganti," kata dia.

Seorang warga Bong Suwung, Sumiati, 65 tahun, mengatakan sebenarnya upaya sterilisasi Bong Suwung pernah dilakukan sejak tahun 1980-an silam. Namun ia mengakui baru kali ini upaya itu benar benar terwujud.

"Bong Suwung ini sejak tahun 2010-an mulai banyak didatangi orang dan kemudian tinggal disini," ungkap perempuan yang berjualan di lokasi itu sejak 1979 silam. 

Menurut Sumiati mereka yang berdatangan lantas membuat bangunan bangunan semi permanen di pinggir rel hingga jumlahnya yang awalnya kurang dari 10 terus bertambah menjadi banyak.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus