Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Desa Penglipuran Bali Siapkan Area Hutan Bambu untuk Sambut Wisatawan pada Libur Nataru

Hutan bambu akan dijadikan area tambahan untuk wisatawan yang berkunjung ke Desa Penglipuran, mengedepankan nilai sosial, sejarah, dan ekologi.

18 Desember 2024 | 11.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Desa Penglipuran, Bali (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Desa Penglipuran di Bangli, Bali, ramai dikunjungi wisatawan setiap momen tahun baru. Tahun lalu, salah satu dari 54 desa wisata terbaik dunia UN Tourism 2023 itu dikunjungi sekitar 9.000 wisatawan per hari, padahal daya tampungnya hanya 2.000 pengunjung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengantisipasi lonjakan pengunjung seperti tahun lalu, Desa Penglipuran menyiapkan area baru hutan bambu untuk momen Natal dan Tahun Baru 2025. Hutan bambu ini dianggap sakral oleh masyarakat setempat karena sejarahnya. 

Manajer Desa Wisata Penglipuran I Wayan Sumiarsa di Denpasar, Selasa, mengatakan bahwa area baru ini akan menjaga Desa Wisata Penglipuran tetap asri dan berkelanjutan, sebab selain mengantisipasi penumpukan wisatawan juga menjaga hutan bambu melalui perawatan dari pengelola. Hutan bambu ini akan dijadikan area tambahan yang mengedepankan nilai sosial, sejarah, dan ekologi.

“Kami terus melakukan inovasi-inovasi salah satunya hutan bambu sekarang, ini alam yang kami jaga luasnya 45 hektare yang merupakan lahan konservasi di desa yang sudah disepakati masyarakat Penglipuran,” kata dia.

Atraksi Budaya di Desa Penglipuran

Ide pengelola dan masyarakat desa mengoptimalkan hutan bambu berawal dari kajian mereka bahwa hanya di Desa Wisata Penglipuran terdapat hutan bambu yang mampu tumbuh di area datar, selain itu diperlukan inovasi mengingat kunjungan mereka yang kian meningkat.

“Kami antisipasi dengan fasilitas baru ke hutan bambu, dan tidak kalah penting di momen Natal dan Tahun Baru 2025 kami akan membuat atraksi budaya dengan yowana tanggal 28 Desember dan 1 Januari yang kami prediksi kunjungannya tinggi,” ujar Sumiarsa.

Nantinya selain memanfaatkan lahan hutan, para wisatawan yang membayar tiket Rp25.000-Rp50.000 itu akan dapat menyaksikan atraksi budaya bebarongan yang dipentaskan pemuda Bangli.

Pemanfaatan Hutan Bambu 

Akademisi pariwisata yang merupakan Ketua Program Studi S3 Pariwisata Universitas Udayana Prof I Nyoman Sunarta menilai langkah desa membuka area hutan adalah keputusan tepat, namun perlu diingat bahwa tujuan utama wisatawan datang untuk menikmati tata letak rumah-rumah warga dan ciri khas bambu.

Menurutnya tak cukup jika hutan tersebut hanya sebagai area yang dilintasi wisatawan, lebih jauh ia menyarankan pengelola membuat pameran pengolahan bambu atau melakukan penanaman bibit bagi setiap wisatawan untuk inovasi ke depan.

“Yang penting rumah bambu tidak boleh hilang, atapnya, juga kebersihannya, dan karena ikonnya bambu maksimalkan hutan bambu menjadi daya tarik baru, atraksinya belum ini jadi kalau mau berkelanjutan buat pameran warga disana mengolah bambu menjadi rumah bambu baru dan memungkinkan untuk wisatawan belajar,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari Indonesia.travel, hutan bambu ini menempati sekitar 40 persen dari luas keseluruhan Desa Penglipuran. Masyarakat setempat juga percaya, bahwa hutan bambu ini terkait dengan awal-mula keberadaaan masyarakat ke desa itu. Selain makna sejarah dan keindahannya, hutan bambu ini juga berfungsi sebagai kawasan resapan air yang melindungi desa dari bencana banjir den kekeringan. 

Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus