Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta melepasliarkan dua ekor Elang Ular Bido di Stasiun Flora Fauna, Taman Hutan Raya Bunder, Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin, 5/11.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kata Kepala Konservasi Wilayah 2 BKSDA Bantul dan Gunung Kidul Kuncoro mengatakan bahwa mereka mendapatkan elang tersebut dari masyarakat, lalu diperiksa oleh dokter hewan apakah terkena penyakit atau ada cacat fisik. Setelah mendapatkan perawatan dari, elang tersebut di pelihara di kandang yang berukuran kecil setelah itu baru ditempartkan di kandang yang besar. "Tujuannya melatih insting memburu elang," kata dia di Gunung Kidul, Senin, 5/11.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebelum dilepaskan ke alam liar elang itu dilatih terlebih dahulu selama dua tahun. Elang tersebut dilatih mencari makan sendiri, karena selama ini keduanya hidup di dalam kandang. "Yang dilepasliarkan jantan dan betina" kata Kuncoro.
Ia mengatakan saat ini yang ada di kandang BKSDA Bunder Gunung Kidul ada 18 ekor elang, dari berbagai macam jenis. Mereka, antara lain, elang brontok, elang hitam, elang laut, elang alap jambul, dan sikep madu.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat agar tidak memburu lagi burung-burung yang dilindungi, seperti burung elang yang dilepas kali ini. Dia akan terus melakukan sosialisasi agar perburuan hewan dilindungi dapat berkurang. "Sangat dibutuhkan perkenalan anak di usia dini supaya mereka paham bahwa elang sudah dilindungi," katanya.
Sementara itu Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Yogyakarta Andie Chandra Herwanto mengatakan populasi baru akan diinventaris raptor di DIY fokusnya di Gunung Kidul dan Kulon Progo. "Output dari kegiatan itu sekalian kami melihat habitat asli burung tersebut, lokasi mana yang paling pas untuk rilis burung elang," katanya.
Dia mengatakan pada Februari juga ada pelepasan elang, namun hanya bertahan 5 minggu di alam liar karena adanya perburuan.Pada gelang yang ada di kaki elang dapat dilacak. Diketahui bahwa bangkai elang dibawa ke Rumah Sakit Hewan Suparwi dan di sana ditemukan bekas luka tembakan di sayapnya. "Sehingga elang tersebut tidak bisa terbang dan mengalami dehidrasi," katanya.
ANTARA