Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) membeberkan sejumlah upaya untuk pelestarian sekaligus mendongkrak minat kunjungan wisata ke objek museum dan cagar budaya nasional di Tanah Air. Salah satunya adalah dengan pembentukan Indonesian Heritage Agency (IHA) yang bertugas menangani pengelolaan museum dan cagar budaya nasional sejak September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Lembaga IHA ini yang akan bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan 34 cagar budaya nasional, memastikan pelestarian dan pemanfaatan optimal warisan budaya Indonesia," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid di sela peringatan Hari Museum Nasional di Benteng Vredeburg Yogyakarta pada Kamis, 16 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melalui lembaga khusus itu, Hilmar mengatakan museum dan cagar budaya akan digarap sebagai ruang kolaboratif terbuka yang memperkaya pengetahuan sejarah dan budaya yang bisa diakses masyarakat.
"Museum dan cagar budaya harus dikelola dengan cara yang lebih profesional, sehingga betul-betul menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang menyenangkan bagi masyarakat," kata dia.
Sebagai warisan budaya, ujar Hilmar, museum dan cagar budaya sudah pasti harus dilindungi.
"Namun lebih penting museum dan cagar budaya memberi manfaat bagi masyarakat,” urainya.
Benteng Vredeburg
Pelaksana tugas Kepala IHA Kemendikbudristek Ahmad Mahendra mengatakan selain Benteng Vredeburg, saat ini ada sejumlah museum dan cagar budaya di Tanah Air yang juga sedang direvitalisasi.
"Revitalisasi itu menekankan pendekatan konsep reimajinasi yang lebih relevan baik dari sisi sosial maupun budaya," kata dia.
Ia mencontohkan revitalisasi Benteng Vredeburg Yogyakarta yang lokasinya berada di ujung Jalan Malioboro.
Sebelum direnovasi, Vredeburg menjadi museum di bawah pemerintah dengan nilai kunjungan tertinggi di Indonesia dengan 600-an ribu wisatawan setiap tahun.
"Revitalisasi Vredeburg saat ini untuk mengangkat potensi terbesar di sini, bagaimana lokasi Malioboro tak pernah mati 24 jam," kata dia.
Ahmad menyebut, Vredeburg akan menjadi salah satu museum yang modern dan menarik sebagai ruang publik masyarakat di Yogyakarta lewat revitalisasi yang ditarget selesai awal akhir Juni atau awal Juli itu.
Benteng Vredeburg tak hanya bakal menyajikan wahana night at museum sesungguhnya. Wisatawan nantinya bisa menikmati berbagai hiburan seperti water fountain, sound lighting hingga video mapping.
Vredeburg juga akan dilengkapi ruang-ruang santai, makan dan minum dengan pemandangan bangunan heritage Kantor Pos Indonesia, Bank Indonesia, dan Bank BNI di Titik Nol Kilometer. Ada pula co-working space dan coffee shop yang bisa dimanfaatkan wisatawan.
Sistem ticketing museun pun nantinya juga disesuaikan memanfaatkan teknologi informasi. Hal tersebut dimaksudkan agar kualitas dan kuantitas wisatawan bisa terjaga dengan baik.
"Sistem ticketing bisa terkontrol, kami integrasikan dengan IT, lokasi museum dengan ticketing bisa atur batas maksimal, seperti diterapkan di Galeri Nasional saat pameran," kata dia.
Ahmad menuturkan konsep reimajinasi yang dimaksud mengacu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang mencakup tiga pilar, yaitu reprogramming (pemrograman ulang), redesigning (perancangan ulang), dan reinvigorating (penyegaran kembali).
"Reprogramming artinya memprogram ulang semua koleksi dan kuratorial, mempertajam narasi besar dari setiap museum dan cagar budaya," kata dia.
Reprogramming ini untuk memastikan bahwa kisah-kisah yang diceritakan tidak hanya berakar dalam sejarah, tetapi juga relevan dengan konteks sosial dan budaya saat ini.
"Kita perlu menciptakan sebuah narasi yang berkelanjutan dan dinamis, menghubungkan masa lalu dengan masa depan melalui museum dan cagar budaya itu," kata dia.
Kedua, Redesigning merujuk pada bentuk perancangan ulang untuk memperkaya pengalaman pengunjung museum dan cagar budaya.
"Redesigning ini bicara soal estetika, keselamatan, dan kenyamanan, serta penghormatan terhadap koleksi warisan budaya," kata dia.
"Tentu saja perancangan ulang akan mematuhi standar human design yang menghormati setiap koleksi, dengan memaksimalkan keterlibatan pengunjung," kata dia.
Ketiga, Reinvigorating artinya membuat museum dan cagar budaya bisa membawa semangat kebaruan. "Terutama soal profesionalisme dan kompetensi individu yang terlibat yang mengelola," kata dia.
PRIBADI WICAKSONO