Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Selain berperan sebagai guru ngaji di film terbarunya, rupanya aktor Donny Damara pun harus melatih diri beraktrasi sebagai badut. Donny bersama rekannya Ence Bagus kudu latihan keras agar bisa melakukan beberapa jenis pertunjukan seperti juggling, naik sepeda roda satu, meniup api, sampai bermain tong setan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami dua bulan workshop di Jakarta lalu diajarin beberapa trik sulap," ujar Donny kala berunjung ke kantor Tempo, Jumat 2 Maret 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Donny waktu dua bulan untuk persiapan syuting termasuk latihan atraksi belum cukup, saking sulitnya. Tapi untuk memenuhi kebutuhan film, Donny menakar apa yang ia dan Ence lakukan cukup memenuhi kebutuhan. "Kurang sih tapi untuk kebutuhan shoot mudah-mudahan bisa mencukupi kebutuhan film," utur Donny.
Senada dengan Donny, Ence Bagus sebagai partner Donny sebagai badut mengungkapkan proses latihan keduanya. Ence bersyukur, pengalamannya banyak main di pangung tetaer dan berpantomim membuatnya tak begitu kewalahan saat berperan jadi badut. Hanya saja ia kudu melatih kemampuan untuk melempar dan mengoper bola. "Untuk syuting masih ada yang bisa sendiri, yang enggak bisa dikuasai naik sepeda roda satu," ucap Ence. Bahkan untuk latihan naik dan mengendarai sepeda roa satu, Donny Damara sampai alami lecet-lecet di kakinya.
“Guru Ngaji” bercerita tentang dilema Mukri (Donny Damara) yang selama ini ikhlas mengajar ngaji tanpa mengharap balasan materi. Akhirnya, karena butuh banyak tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Mukri terpaksa mengambil pekerjaan sampingan sebagai badut. Pilihan itu ia lakukan tanpa sepengetahuan keluarga dan warga Desa Tempuran, tempat ia tinggal.
Hal itu dilakukan karena Mukri merasa guru ngaji adalah pekerjaan yang sakral dan terhormat. Bertolak belakang dengan profesinya sebagai badut yang justru memancing tertawaan orang. Suatu saat, Mukri menerima permintaan Pak Kepala Desa (Tarzan) untuk tampil memimpin doa di ulang tahun anaknya. Namun, di sisi lain, ia juga mendapat tawaran manggung menjadi badut di acara yang sama. Meski judulnya Guru Ngaji, film ini menurut Donny dan Ence bukan film religi pada umumnya. Konflik batin dan sosial para tokoh di film ini jadi unsur cerita yang penting.