Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Dua Bayi Orangutan Lahir Alami di Taman Nasional Gunung Leuser

Populasi satwa liar di Taman Nasional Gunung Leuser bertambah dengan kelahiran secara alami bayi orangutan di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera.

8 Juni 2018 | 06.35 WIB

Bayi orangutan Kalimantan berusia dua bulan ini diberi Cinta Lestari di Kebun Binatang Bandung, Jawa Barat, 18 November 2017. Kera besar dengan status critically endangered ini sangat terancam punah karena perburuan liar dan deforestasi. TEMPO/Prima Mulia
Perbesar
Bayi orangutan Kalimantan berusia dua bulan ini diberi Cinta Lestari di Kebun Binatang Bandung, Jawa Barat, 18 November 2017. Kera besar dengan status critically endangered ini sangat terancam punah karena perburuan liar dan deforestasi. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Populasi satwa liar di Taman Nasional Gunung Leuser bertambah dengan kelahiran secara alami bayi orangutan di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera yang berbatasan langsung dengan Resort Bukit Lawang Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V-Bohorok Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser.

Pelaksana Tugas Kepala BBTNGL Hotmauli Sianturi dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis, 7/6, mengatakan kelahiran alami dua bayi orangutan tersebut terjadi pada Senin 4/6, dari dua induk orangutan. Kedua induk itu bernama Wati, 12 tahun dan Ratna (31).

Hotmauli mengatakan ini adalah pengalaman pertama Wati melahirkan. Sedangkan bagi Ratna sudah delapan kali melahirkan termasuk yang terakhir ini. Belum diketahui jenis kelamin dari dua bayi orangutan tersebut. “Karena masih di bawah perlindungan yang kuat kedua induknya.”

Hotmauli mengatakan Taman Nasional tidak terlalu memaksakan untuk mengetahui jenis kelamin bayi orangutan lahir tersebut. Hal itu dilakukan agar tidak terlalu memberi tekanan pada induk dan anakannya.

Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera merupakan bagian dari wilayah zona pemanfaatan TN Gunung Leuser yang digunakan untuk ekowisata. Tempat ini kerap dikunjungi turis lokal serta mancanegara.

Meskipun ramai dikunjungi orangutan di lokasi tersebut tetap bergantung pada pakan alami yang ada di dalam kawasan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus