Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aktris legendaris yang dikenal melalui peran-perannya di sejumlah serial lawas Indonesia, Farida Pasha, menghembuskan nafas terakhirnya pada Sabtu 16 Januari 2021 malam. Farida Pasha terkenal melalui peran Mak Lampir dalam film dan sinetron kolosal lawas Misteri Gunung Merapi. "Assalamualaikum wr. wb. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah Ibunda/Nenek kami tercinta Hj.Farida Pasha binti Ali Husen nenek dari Ify Alyssa pada hari Sabtu, 16 Januari 2021 jam 19.35 WIB," berikut pesan singkat dari perwakilan cucu almarhumah Farida, Ify Alyssa pada Minggu 17 Januari 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepada Tempo, Farida Pasha pernah memberikan alasan mengapa ia mau memoles wajah cantiknya menjadi Mak Lampir. Hal itu tertulis dalam Majalah Tempo yang terbit pada 27 April 1999.
Farida Pasha. kapanlagi.com
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wajahnya masih tampak cantik, kendati usianya saat itu 47 tahun selalu kebagian tokoh antagonis. Dalam film pertamanya, Guna-Guna Istri Muda, yang dibuat pada 1978, ia menjadi sang istri muda. Setelah itu, ustazah ini selalu kebagian peran sebagai tokoh yang bikin kuduk orang merinding, seperti dalam film Putri Kuntilanak dan Nenek Gondrong. Rupanya, peran itu bisa dijalaninya dengan baik. Buktinya, ia jugalah yang dipilih memainkan tokoh Mak Lampir, seorang penyihir dalam film layar lebar dan sinetron Misteri Gunung Merapi, yang kini sedang diputar di salah satu stasiun televisi swasta. Mak Lampir inilah yang membuat namanya kondang hingga ke Malaysia. Begitu menjiwainya Farida pada tokoh tersebut, sampai-sampai ketika wartawan Tempo mencarinya di lokasi syuting, ia menjawab, "Farida Pasha tidak ada, yang ada hanya Mak Lampir, hi-hi-hi...."
Simak cuplikan wawancaranya dengan Tempo 22 tahun lalu.
Tempo (T): Kelihatan Anda serius sekali memerankan tokoh Mak Lampir?
Farida (F): Tokoh Mak Lampir ini sebenarnya sudah populer. Saya harus bisa tampil sempurna memerankan tokoh ini. Penampilannya harus tampak seram dan menakutkan.
T: Kok, Anda mau menjadi Mak Lampir?
F: Tokoh Mak Lampir ini, selain dibenci, juga dikangeni, kok. Banyak orang yang mau foto dengan Mak Lampir. Kalau jalan-jalan ke mal, banyak orang yang salaman dengan saya, termasuk anak-anak kecil.
T: Nggak takut kualat atau kesurupan?
F: Setiap mulai kerja, baca bismillah. Lagipula, kami selamatan dulu, kami mengundang seorang kiai untuk mengucapkan doa untuk keselamatan kru.
T: Ngomong-ngomong, pernah didatangi roh Mak Lampir dari Gunung Merapi nggak?
F: Saya sendiri Mak Lampir, kalau teman-teman dari Gunung Merapi mau datang, ya silakan saja, hi-hi-hi....
T: Jadi, Anda nggak risi dengan peran Mak Lampir?
F: Hi-hi-hi..., saya memang Mak Lampir, hi-hi-hi....
T: Anda juga ustazah?
F: Kebetulan saja. Setelah naik haji, saya terpanggil untuk melakukan syiar agama, tapi saya tak mau dibayar. Hasil dari peran Mak Lampir ini juga harus saya bagikan.
T: Mak Lampir baik, dong?
F: Iya, dong. Mak Lampir kan kalau di luar film baik, juga dikangeni.