Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bandung - Ada cara yang tak biasa menikmati kebun teh di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kini tidak lagi hanya dengan tea walk, tapi juga glamping alias glamorous camping. Glamping bisa diartikan berkemah mewah.
Dalam tiga tahun belakangan, wilayah pelancongan yang kerap disebut sebagai tempat menyepi ini memang tenar dengan wisata berkonsep glamping. Glamping merupakan terjemahan dari berkemah dengan fasilitas lengkap layaknya di hotel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Salah satu lokasi yang menawarkan glamping adalah Lake Side Glamping Rancabali. Kawasan penginapan bertajuk menyatu dengan alam ini dibangun di tengah hamparan perkebunan yang menghadap langsung ke Danau Situ Patenggang.
Manajer Pengelola Lake Side Glamping, Lutfie Nauval, mengatakan akomodasi kekinian itu dibangun pada 2016. "Kami membuat tema berbeda, yakni camping di alam bebas dengan fasilitas yang lengkap, tapi tetap di kawasan lokasi penjelajahan," ujar Lutfie saat ditemui anggota forum wartawan pariwisata bersama tim Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata, Kamis malam, 2 Agustus 2018, di Lake Side Glamping Rancabali, Ciwidey, Jawa Barat.
Penginapan bergaya natural ini mengakomodasi kebutuhan wisatawan yang ingin menikmati suasana alam bebas, tapi emoh repot menggelar tenda konvensional.
Maka itu, glamping dibangun benar-benar menyerupai tenda kemah yang bisa dipindah-pindahkan layaknya kemping konvensional. Adapun, tenda glamping nyaman ditinggali lantaran dibangun dengan material kain tebal anti-air serta mampu menyerap panas. Tenda tersebut juga ditopang oleh papan-papan panggung yang bentuknya menyesuaikan dengan tipografi alam sekitar.
Di kawasan glamping, dibangun sebuah restoran berbentuk pinisi ala maritim. Restoran ini menjawab kerinduan masyarakat terhadap suasana laut. Lutfie mengatakan, musababnya, di daerah Kabupaten Bandung dan sekitarnya tak ditemui pesisir. "Meski di gunung, kita bisa menikmati suasana bahari," tuturnya.
Wisata glamping yang diangkat oleh Lake Side Glamping Rancabali sejalan dengan program Menteri Pariwisata Arief Yahya untuk menggencarkan wisata nomadic dan digital. Wisata nomadic dibangun sebagai alternatif untuk wilayah yang memiliki potensi pariwisata unggul, tapi minim akomodasi.
Sedangkan wisata digital berarti wilayah tersebut memiliki lanskap yang cocok untuk konten media sosial, seperti Instagram. Glamping ini pun dapat dikatakan wisata digital lantaran berada di kawasan perkebunan teh yang berlatar danau. Kawasan ini menjadi favorit turis untuk berfoto.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung Agus Firman Zaeni mengatakan Lake Side Glamping Rancabali kini menjadi salah satu daya tarik utama yang berkontribusi mendatangkan wisatawan, baik asing maupun lokal.
Glamping merupakan salah satu program untuk memenuhi target wisatawan Kabupaten Bandung. Agus menargetkan wisman masuk ke daerahnya pada 2018 melampaui angka 2,25 juta. Sedangkan pada 2017, wisatawan masuk ke daerah mereka mencapai 2,6 juta. "Yang favorit ya ke glamping dan restoran pinisinya," kata Agus.
Lake Side Glamping Rancabali memiliki dua kelas tenda. Tenda pertama adalah Family Tent Resort yang dikhususkan bagi keluarga. Sedangkan tenda kedua merupakan Adventure Camp dengan kapasitas lima orang. Untuk dapat menikmati glamping, wisatawan perlu membayar Rp 1,4-3,3 juta, tergantung masa pemesanan.
Adapun wisatawan yang menikmati glamping bisa mengeksplorasi kawasan perkebunan teh Ciwidey dan mengunjungi tempat wisata di sekitarnya. Misalnya pemandian air panas, penangkaran rusa, bukit selfie, dan kafe kopi.
Artikel berbeda: Kebakaran Savana di Gili Lawa Tak Ganggu Habitat Komodo