Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Menikmati matahari terbenam saat senja di Candi Ratu Boko, Yogyakarta mungkin sudah menjadi hal biasa. Namun, bagaimana jika menginap semalaman di candi yang dalam kisah legendanya menjadi tempat Roro Jonggrang mengamati dan menggagalkan Bandung Bondowoso saat membangun Candi Prambanan itu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengelola Candi atau Keraton Ratu Boko, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, yang kini bernama InJourney Destination Management (IDM), sedang mempersiapkan fasilitas agar wisatawan bisa bermalam tak jauh dari situs yang diperkirakan dibangun abad ke-8 oleh Wangsa Syailendra itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 31 Juli 2024, IDM meneken nota kesepahamam dengan pengembang jasa desain, konstruksi dan real estate, RAWHaus, membuat hunian model kabin ramah lingkungan berbahan material daur ulang.
Hunian sejenis glamping atau glamour camping ini, rencananya disiapkan di lokasi yang jaraknya sekitar 500 meter di sisi barat candi, namun tetap di luar zona inti Ratu Boko.
"Jadi kami ingin mengembangkan konsep atraksi dan amenitas wisata berbasis ekonomi sirkular di taman Keraton Ratu Boko lewat kerjasama itu," kata Direktur Komersial IDM Hetty Herawati.
Desain hunian ini dikonsep menjadi modul amenitas pariwisata yang ramah lingkungan namun harus tetap kuat dan hemat energi. Sebab pengembangan wisata Ratu Boko tetap memegang prinsip green destination atau wisata hijau di kawasan pengelolaannya. "Konsep ini diharapkan bisa meningkatkan daya tarik situs Keraton Ratu Boko, khususnya bagi segmen peduli lingkungan," kata Hetty.
Belum diketahui persis kapan rencana ini akan direalisasikan dan akan ada berapa banyak unit hunian serta daya tampung bagi wisatawan.
Hetty membeberkan, saat ini kedua pihak masih mematangkan detail rencana itu. "Untuk mewujudkan wisata heritage berkelanjutan tidak cukup sebatas pada pelestarian situs atau bangunan sejarahnya saja, namun juga menjaga keberlanjutan keseluruhan ekosistem kawasan sekitarnya," kata dia.
Penggunaan material daur ulang mengacu upaya meminimalisir dampak sampah non organik yang sulit terurai dan berpotensi merusak lingkungan. Sedangkan destinasi Ratu Boko dibangun tidak sekedar bernarasi lingkungan dan eco-friendly, namun juga hemat energi, edukatif dan estetik.
Direktur RAWHaus Indonesia Cassandra Sari Damayanti mengungkapkan bahwa fokus kerjasama ini mengaktifkan dan memberikan nilai lebih pada kawasan Keraton Ratu Boko dengan memperkenalkan kabin ramah lingkungan.
"Tujuannya tidak hanya memberikan solusi hidup praktis tetapi juga menambah nilai signifikan dan daya tarik bagi Keraton Candi Ratu Boko," kata dia.
Kabin penginapan yang akan dikembangkan di Keraton Ratu Boko menurutnya menerapkan prinsip sustainabilitas seperti rainwater harvesting system, solar panel untuk kelistrikan, serta material-material eksterior dan interior yang berbahan ramah lingkungan.
Pilihan editor: Menengok Semarak Sunset Yoga Berkebaya di Candi Ratu Boko Sleman