Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tiga orang ditemukan terbaring tak sadarkan diri di dekat kawah Gunung Fuji pada Rabu, 10 Juli 2024 atau hari pertama dibukanya musim pendakian gunung tertinggi di Jepang itu. Ketiga pendaki itu dikonfirmasi telah tewas keesokan harinya, menurut departemen kepolisian Prefektur Shizuoka yang dikutip Japan Times.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka ditemukan saat pencarian seorang pria pekerja perusahaan berusia 53 tahun dari Hino, Tokyo, yang hilang setelah mendaki gunung pada Jumat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini merupakan jumlah korban terbanyak pada lima musim pendakian sebelumnya yang berkisar antara nol dan dua.
Polisi setempat mengimbau para pendaki untuk mempertimbangkan kondisi cuaca dan kebugaran fisik serta memilih secara bijak dalam memutuskan akan melakukan pendakian atau tidak.
Korban Lanjut Usia
Polisi prefektur Shizuoka mengatakan mereka menerima panggilan darurat sekitar pukul 14.05 pada Rabu dari seorang pendaki di dekat puncak Kengamine, puncak Gunung Fuji, yang mengatakan bahwa seseorang telah jatuh.
Seorang pria lanjut usia ditemukan tergeletak di luar jalan setapak dan kemudian dipastikan tewas. Polisi prefektur sedang menyelidiki penyebab jatuhnya pria tersebut.
Pada Rabu malam, seorang pria berusia 77 tahun dari Komae, Tokyo, ditemukan tidak sadarkan diri di Jalur Gotemba dan dipastikan meninggal keesokan harinya.
Seorang pria lanjut usia juga ditemukan tergeletak di Jalur Fujinomiya pada Kamis pagi dan kemudian dipastikan meninggal. Penyebab kematian kedua orang tersebut masih dalam penyelidikan.
Pendaki Hipotermia
Selain korban tewas, seorang wanita berusia 29 tahun dari Komae diselamatkan pada Rabu setelah tampaknya mengalami hipotermia.
Menurut pemilik penginapan pegunungan di Jalur Subashiri, saat itu hujan, berangin, dan terkadang berkabut pada kedua hari tersebut.
“Gunung. Fuji adalah gunung yang lebih cocok untuk didaki daripada jalan-jalan, jadi pendaki pemula tidak boleh memaksakan diri terlalu keras,” kata pemiliknya.
Cuaca Buruk
Mereka percaya bahwa cuaca buruk di dekat puncak menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap insiden ini. Itu sebabnya, pendaki harus dilengkapi dengan pakaian hangat dan sepatu pendakian khusus, serta senter dan pengisi daya baterai ponsel, untuk melindungi diri agar tidak tersesat atau mengalami kecelakaan.
Pihak berwenang juga mengimbau para pendaki untuk menginap dibandingkan mendaki pada malam hari. Pendakian saat cuaca buruk meningkatkan risiko kecelakaan dan kesusahan, dan juga membutuhkan waktu untuk penyelamatan jika mengalami masalah.
“Banyak pengunjung datang dari jauh untuk mendaki Gunung Fuji. Namun penting untuk selalu memeriksa cuaca dan membuat pilihan untuk tidak mendaki jika perlu,” kata seorang petugas polisi.
“Peraturan utamanya adalah hanya mendaki ketika kondisinya bagus,” kata direktur Asosiasi Pemandu Gunung Jepang Shunji Takekawa.
Pada paruh pertama bulan Juli, Gunung Fuji masih mengalami banyak hari badai karena musim hujan, dan seiring dengan peningkatan ketinggian, suhu turun dan angin semakin kencang, katanya. Di beberapa tempat, kecepatan angin bisa mencapai 25m per detik saat cuaca buruk.
“Gunung. Fuji sangat istimewa karena merupakan gunung tertinggi di Jepang. Cuaca berubah-ubah, dan lingkungan dapat berubah dengan cara yang tidak terbayangkan,” kata Takekawa.
Pilihan Editor: Halangi Pemandangan Gunung Fuji, Kondominium di Tokyo Dirobohkan