Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Hari Batik, Ganjar Pranowo Promosikan Batik Rifaiyah Khas Batang

Menurut Ganjar Pranowo, batik Rifaiyah memiliki corak, motif, dan ciri warna yang khas. Sesuatu yang khas dalam hari Batik Nasional.

2 Oktober 2018 | 16.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Batik Rifa'iyah. pekalongan.rifaiyah.or.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada hari Batik Nasional, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan kekagumannya atas produk kerajinan batik Rifaiyah dan batik Gringsing khas Kabupaten Batang. Hal ini jadi semacam stempel pengakuan keunggulan terhadap batik Rifaiyah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Ganjar Pranowo, batik Rifaiyah memiliki corak, motif, dan ciri warna yang khas. "Dan yang menarik pada batik Rifaiyah yaitu yang nyolet sambil selawatan sehingga ada nuansa spiritualitasnya," katanya setelah menutup kegiatan Batang Expo 2018 di Batang, Selasa siang, 2 Oktober 2018, tepat pada hari Batik Nasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ganjar Pranowo menekankan karya batik ini perlu dipromosikan kepada konsumen di daerah sendiri ataupun mancanegara. Menurut dia, tingkat kerumitan batik Rifaiyah cukup tinggi sehingga butuh ketelitian.

Batik Rifaiyah kebanyakan diproduksi di Desa Kalipucang, Kecamatan Batang, yang berjarak hanya 7 kilometer dari pusat Kota Pekalongan. Di desa ini, tradisi membatik yang sudah berusia ratusan tahun masih dipertahankan.

Jenis batik ini belum setenar batik daerah lain, misalnya Cirebon, Sala, atau Yogyakarta. “Karena memang dari awal orientasinya bukan untuk industri. Warga Kalipucang memilih tidak mengubah motif dan cara membatik demi melestarikan budaya dalam Rifaiyah,” ujar Miftahutin, Ketua Kelompok Perajin Batik Rifaiyah, saat ditemui pada 2017 lalu.

Miftahutin mengatakan batik Rifaiyah memiliki sejarah panjang dan makna spiritual yang dalam. Dulu, kata dia, batik ini digunakan sebagai sarana dakwah. Dalam setiap motifnya terdapat pesan-pesan spiritual untuk disebarkan kepada masyarakat. Seperti pesan paseduluran atau persaudaraan, gotong royong, dan kelembutan hati.

Salah satu yang menjadi ciri khas batik ini adalah penggambaran makhluk hidup yang tidak boleh utuh. “Misalnya motif bergambar ayam, kepalanya harus dipisah,” ucap Miftahutin

Hingga 2017, masih ada 140 warga Kalipucang yang teguh meneruskan budaya membatik khasnya. Kesetiaan mereka adalah kado berharga pada hari Batik Nasional.

ANTARA | MUHAMMD IRSYAM FAIZ (Batang)

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus