Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Satu dekade lalu organ PBB yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan UNESCO, menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pemerintah pun menetapkan 2 Oktober 2009 sebagai Hari Batik Nasional. Pada hari itu seluruh pegawai negeri maupun swasta diimbau memakai batik. Batik memang bagian dari kultur Indonesia. Pusat-pusat kerajinan batik nyaris terdapat di setiap kota, bahkan hingga ke Papua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Uniknya, kota-kota yang memiliki kampung batik merupakan destinasi wisata yang indah. Wisatawan bisa belajar bagaimana batik dibuat dari awal hingga menjadi beragam busana.
Pembatik menyelesaikan proses pembuatan batik kombinasi tulis dan cap motif dua jari di Batik Putra Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Selasa, 12 Maret 2019. ANTARA/Mohammad Ayudha
Kampung Batik Kauman, Solo
Solo merupakan destinasi wisata budaya, sejarah, dan kuliner. Kota ini memiliki dua sentra pengrajin batik di Laweyan dan Kauman. Kampung batik Laweyan merupakan konsentrasi pengrajin batik untuk rakyat kebanyakan sekaligus pusat pergerakan nasional, Syarekat Islam, sementara kampung batik Kauman memproduksi batik untuk keperluan keraton Kasunanan.
Batik-batik dari Kauman, mula-mula memang diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan sandang keraton. Di kampung batik itu kini diproduksi tiga jenis batik: batik tulis bermotif pakem, batik cap, dan batik kombinasi batik tulis dan batik cap. Kampung Batik Kauman sebelumnya merupakan tempat tinggal kaum abdi dalem Keraton Kasunanan. Para pengrajin di kampung itu, merupakan keturunan para abdi dalem keraton, sekaligus pewaris tradisi batik klasik Solo.
Sentra Batik Tulis Giriloyo, Yogyakarta
Yogyakarta memiliki beragam batik, dari motif kontemporer hingga klasik. Salah satu yang populer berada di sentra batik tulis Giriloyo Yogyakarta. Lokasinya di Bantul, tepatnya di Jalan Imogiri Timur. Di sentra batik tersebut, terdapat 12 kelompok pembatik.
Kemampuan membatik mereka diwariskan dari abad ke-17, dengan motif batik mataraman yang khas. Gaya produksi mereka juga tak berubah meskipun melewati 300 tahun sejarah Yogyakarta. Sehelai kain batik, baru selesai dikerjakan selama sebulan bahkan lebih – bergantung bahan dan motif. Mereka juga mahir membatik di atas kain sutera.
Kampung Batik Trusmi, Cirebon
Berjuluk kota udang, Cirebon merupakan salah satu destinasi wisata di Jawa Barat. Lokasinya yang tepat di pantai utara, merupakan pertemuan antara budaya Sunda dan Jawa. Bahkan, Keraton Kacirebonan memiliki hubungan yang dekat dengan keraton-keraton di Solo dan Yogyakarta pada era kolonial.
Sentra batik Cirebon terdapat di Kampung Batik Trusmi, yang digagas oleh Ki Gede, salah seorang pengikut Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam di Cirebon pada tahun 1470-an, artinya Kampung Batik Trusmi telah ada sejak abad ke-15. Di kampung itu Ki Gede mengajarkan membatik, terutama motif megamendung yang hadi ciri khas batik Cirebon.
Batik Madura memiliki warna-warna terang yang menyolok.
Kampung Batik Palbatu, Jakarta
Batik Jakarta disebut juga batik Betawi. Memang tak sepopuler batik Cirebon, Pekalongan, Madura, apalagi batik Solo dan Yogyakarta, namun batik Betawi memiliki warna-warna yang khas. Konsentrasi pengrajin batik Betawi berada di Kampoeng Batik Palbatu, di Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan.
Di loaksi itu, para pengrajin juga mengajari para wisatawan proses membatik. Mereka berharap para generasi muda mewarisi tradisi batik Jakarta. Kampoeng Batik Palbatu pernah mendapatkan dua penghargaan dari Museum Rekor Indonesia. Para pengrajin batik Jakarta membuat motif batik pada kain 133,9 meter.
Batik Oey Soe Tjoen, Pekalongan
Batik Pekalongan boleh dikata batik paling kaya warna, yang memadukan seni batik pesisir utara Pulau Jawa dengan budaya Cina. Salah satu batik legendarisnya adalah Batik Oey Soe Tjoen yang beroperasi sejak 1928. Batik Oey Soe Tjoen merupakan batik yang trendi bagi rakyat kebanyakan pada awal abad 20, dengan memadukan motif Cina dan Belanda.
Kini usaha tersebut dikelola oleh Widianti Widjaja, yang menjaga kualitas batik Pekalongan dengan kualitas produksi yang rapi dan halus, mulai dari pembuatan pola, pembatikan, hingga pewarnaan. Sentra batik Pekalongan Pey Soe Tjoen berada di tengah kota Pekalongan di Jalan Raya Kedungwuni.
Batik Madura
Di Jawa Timur terdapat beragam motif batik yang dikembangkan di setiap kabupaten dan kota. Namun yang paling populer adalah batik Bangkalan dan Pemekasan di Madura. Bahkan di Bangkalan terdapat Pasar Wisata Batik Madura. Motif-motif batik tulis Madura didominasi warna-warna yang cerah dan kuat, dengan motif tumbuhan dan binatang. Batik Madura juga tak terikat dengan motif-motif tertentu.
Umumnya, wisatawan yang berkunjung ke pasar ini adalah para peziarah dari luar Bangkalan, yang datang ke Makam Syaichona Kholil. Mereka lalu mampir ke Pasar Wisata itu untuk berbelanja, terutama batik tulis. Pasar Wisata yang terletak di Jalan Halim Perdana Kusama Bangkalan diresmikan pada 26 Februari 2013 oleh Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron kala itu. Selain batik tulis, wisatawan dapat menemukan beraneka ragam suvenir dan oleh-oleh khas Madura.