Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Kebijakan membebaskan Malioboro dari kendaraan bermotor dan pedagang kaki lima pada Selasa Wage atau dikenal Selasa Wagen, segera diikuti kebijakan baru pemerintah DI Yogyakarta untuk mengisi ruang kosong tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebijakan tersebut, disambut Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta dengan menggandeng 56 desa dari seluruh kabupaten DIY, untuk berpartisipasi dalam program Desa Budaya Selasa Wagen di jalan Malioboro.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Program ini mengajak pegiat desa menampilkan produk-produk unggulan desanya. Agar para wisatawan yang berada di Malioboro pada Selasa Wage bisa mengenal produk-produk unggulan desa. Baik unggulan budaya dalam bentuk seni tradisi ataupun produk kerajinan lokal setempat yang berhimpun dalam berbagai usaha kecil menengah (UKM).
Jadi Malioboro dalam sehari itu menjadi ruang bagi wisatawan, untuk mengenal lebih dekat potensi dan keunikan desa desa di Yogya.
"Yang ditampilkan unggulan dari desa-desa tersebut mulai seni budaya, kuliner, kerajinan dan peninggalan atau warisan budaya, kawasan cagar budaya," ujar Kepala Bidang Adat, Seni, Tradisi, dan Lembaga Budaya Dinas Kebudayaan DIY Y. Eni Lestari Rahayu 29 Agustus 2019.
Pengenalan potensi desa di Malioboro sendiri sudah dimulai pada momen Selasa Wagen 27 Agustus 2019 di pelataran Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, dekat Titik Nol Yogyakarta. Ada delapan desa pertama mewakili empat kabupaten DIY yang dilibatkan dalam rintisan pertama program itu.
Mulai dari Desa Trimurti Kecamatan Srandakan Bantul, Desa Sendangmulyo Minggir Sleman, Desa Girikerto Turi Sleman, Desa Sukoreno Sentolo Kulonprogo, Desa Brosot Lendah Kulonprogo, Desa Semin Kecamatan Semin Gunungkidul, Desa Seloharjo Pundong Bantul, dan Desa Giripurwo Purwosari Gunungkidul.
Tiap desa membawa kekhasan budayanya masing-masing. Seperti Desa Trimurti, Srandakan Bantul yang menggeber tradisi Jathilan Wayang Orang. Sedangkan dari Desa Girikerto, Turi Sleman menampilkan fragmen atau lakon kecil bertema Sendang Panguripan atau air kehidupan yang mengundang minat wisatawan domestik maupun mancanegara menontonnya.
Eni menuturkan tujuan akhir potensi desa-desa budaya Yogya tampil dalam program Selasa Wagen ini bukan hanya satu. Selain memberi ruang dan memompa aktivitas berkesenian dan pelaku UKM, juga untuk memperkaya ragam kegiatan di Malioboro sendiri saat Selasa Wagen.
Seniman membawakan tarian kuda lumping di kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta. ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
"Ini berdampak positif bagi perkembangan wisata, karena mempromosikan potensi desa agar lebih dikenal bukan saja di nusantara tetapi juga di mancanegara," ujarnya.
Perhelatan ini digelar di sepanjang pedestrian Malioboro yang sudah ditentukan. Seperti di Titik Nol Kilometer, pelataran Monumen Serangan Oemoem 1 Maret 1949, lalu di depan eks gedung KONI DIY Jalan Trikora Yogyakarta, di depan pintu gerbang barat Komplek Kepatihan.
PRIBADI WICAKSONO