Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Ini Dia Flying-V, Pesawat Masa Depan dengan Penumpang Duduk di Sayap

Flying-V diharapkan jadi pesawat masa depan yang lebih hemat bahan bakar. Pesawat ini menempatkan penumpang pada sayap.

7 September 2020 | 10.00 WIB

Maskapai Belanda KLM dan Universitas Delft mengembangkan pesawat berbentuk V yang dikenal sebagai Flying-V, yang menggabungkan kabin penumpang, tangki bahan bakar, dan ruang kargo pada sayap. Foto: KLM/CNN
Perbesar
Maskapai Belanda KLM dan Universitas Delft mengembangkan pesawat berbentuk V yang dikenal sebagai Flying-V, yang menggabungkan kabin penumpang, tangki bahan bakar, dan ruang kargo pada sayap. Foto: KLM/CNN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Flying-V merupakan pesawat terbang komersial masa depan. Dinukil dari CNN Travelpara peneliti sukses menerbangkan Flying-V. Lalu apa yang membuat pesawat ini jadi futuristik? Perancangnya, menempatkan penumpang pada sayap. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Desain unik Flying-V menempatkan kabin penumpang, ruang kargo, dan tangki bahan bakar di sayap. Hal itu membuat bentuk aerodinamis pesawat bisa memangkas konsumsi bahan bakar hingga 20 persen dibandingkan dengan pesawat saat ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para ahli menguji model pesawat futuristik seberat 22,5 kg dan panjang 3 meter, yang dikembangkan oleh para peneliti di Delft University of Technology di Belanda, yang sekaligus mitra maskapai penerbangan Belanda KLM. Kesuksesan menerbangkan model pesawat itu, sangat dinanti-nantikan dalam tahap perkembangan selanjutnya.

Tim yang terdiri dari peneliti dan insinyur itu, menguji pesawat di pangkalan udara di Jerman. Pangkalan yang dijaga ketat itu, memungkinkan tim dari Belanda bisa bekerja dengan tim Airbus untuk menguji lepas landas, manuver, serta pendaratan.

"Salah satu kekhawatiran kami adalah bahwa pesawat mungkin mengalami kesulitan untuk lepas landas, karena perhitungan sebelumnya telah menunjukkan bahwa 'rotasi' bisa menjadi masalah," kata Roelof Vos, asisten profesor pada fakultas teknik kedirgantaraan Universitas Teknologi Delft, yang memimpin proyek tersebut, sebagaimana dinukil CNN. 

"Tim mengoptimalkan model penerbangan berskala untuk mencegah masalah tersebut, Anda perlu terbang untuk tahu pasti," katanya.

Mengendalikan pesawat dari jarak jauh, para peneliti berhasil lepas landas dengan kecepatan 80 km per jam. Seluruh parameter kecepatan, sudut, dan daya dorong pesawat lalu dicatat.

Para ahli bekerja keras untuk mengoptimalkan pesawat: untuk meningkatkan telemetri, tim terpaksa mengubah pusat gravitasi pesawat dan menyesuaikan antenanya.

Masih ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyempurnakan pesawat sebelum bisa dibawa ke langit dengan penumpang di dalamnya. Tim itu mengatakan bahwa uji terbang menunjukkan bahwa desain pesawat saat ini memungkinkan terlalu banyak "Dutch roll", yang menyebabkan pendaratan yang kasar.

Menurut situs PadpilotDutch roll adalah kondisi pesawat bergerak oleng ke kiri dan ke kanan, depan dan belakang, saat melaju di udara. 

Para ahli berencana untuk menggunakan data yang dikumpulkan dari uji terbang untuk model aerodinamis pesawat, yang memungkinkan mereka memprogramnya dalam simulator penerbangan untuk pengujian pada masa mendatang, dan untuk meningkatkan penerbangan.

Bentuk V pada pesawat memungkinkan penghematan bahan bakar fosil hingga 20 persen dan kemungkinan diganti dengan mesih bertenaga hidrogen yang ramah lingkungan. Foto: KLM/CNN

Tim akan melakukan lebih banyak tes pada model tersebut, dan berharap untuk memberikan Flying-V dengan penggerak yang berkelanjutan, mengingat bahwa desain tersebut cocok untuk membawa hidrogen cair daripada bahan bakar fosil.

CNN TRAVEL | PADPILOT

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus