Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Jalan-jalan ke Kebun Kopi Desa Buninagara di Ketinggian 1.000 MDPL di Bandung Barat

Warga di Desa Buninagara bertani kopi sejak 20-30 tahun lalu, dulu menanam robusta kini lebih banyak arabika.

3 November 2024 | 10.07 WIB

Rombongan Starbucks Indonesia pada 16 Oktober 2024, kunjungan kerja ke Desa Buninagara, yang sebagian warganya adalah petani kopi. Sumber: dokumen Starbucks Indonesia.
Perbesar
Rombongan Starbucks Indonesia pada 16 Oktober 2024, kunjungan kerja ke Desa Buninagara, yang sebagian warganya adalah petani kopi. Sumber: dokumen Starbucks Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Perjalanan darat menuju Desa Buninagara Kecamatan Sindangkerta, Bandung Barat, Jawa Barat, menguji nyali karena berliku dan menanjak. Minibus atau sedan akan sulit sekali melintasi jalanan semacam ini karena bisa-bisa terjungkal. Desa Buninagara terletak di dataran tinggi atau sekitar seribu meter di atas permukaan laut, cocok untuk menanam kopi dan tanaman hortikultura.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tempo bersama rombongan Starbucks Indonesia berkesempatan mengunjungi Desa Buninagara pada 16 Oktober 2024. Desa itu dicapai sekitar 1 jam perjalanan dari Ibu Kota Bandung dengan kendaraan pribadi. Total ada empat dusun di Desa Buninagara. Dusun satu mayoritas warganya adalah petani kopi. Begitu juga di dusun dua, tetapi hanya sebagian dan jumlahnya tak sebanyak di dusun satu.

Petani Kopi Turun-temurun

Badi Munawir, Sekertaris Desa Buninagara, menjelaskan bahwa warga di dusun satu bertani kopi sudah turun-temurun atau sejak 30-20 tahun silam. Sedangkan di dusun lain, warga menanam kopi setelah melihat percontohan di dusun satu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Warga di dusun tiga awalnya menanam pohon untuk ditebang dan diambil kayunya, tapi melihat warga di dusun satu yang produksi kopinya lumayan menghasilkan terjadi re-edukasi di dusun lain. Mereka berusaha mencontoh dusun satu yang sudah berjalan dengan perkebunan kopinya,” kata Badi dalam wawancara dengan Tempo

Sebelumnya, ada sekitar 3 persen petani kopi di dusun satu Desa Buninagara tapi sekarang sudah bertambah menjadi 5 persen. Penambahan jumlah petani kopi ini karena tingkat keasaman atau pH tanah di area itu bagus, ketinggiannya dari permukaan laut sampai 1.000 mdpl juga cocok untuk ditanami kopi. Sebab, kopi jika ditanam di dataran rendah, hasilnya akan kurang bagus. 

Kopi Lebih Menguntungkan

Badi menceritakan, pihaknya mendorong warga Desa Buninagara agar mau menanam kopi ketimbang menanam pohon untuk diambil kayunya, karena lebih menguntungkan. Jika menanam pohon, butuh waktu 7 hingga10 tahun agar kayunya bisa diambil. Sementara, tanaman kopi hanya dalam tempo 1 hingga 2 tahun sudah bisa dipanen. Ketika kopi dirawat dengan baik, misalnya ada penyiangan dan diberi pupuk, maka tanaman kopi setiap tahun bisa dipanen, tidak seperti pohon yang satu kali tebang sudah habis. 

“Kalau kopi bisa beberapa kali panen jadi secara ekonomi lebih menguntungkan. Cuma untuk menjaga lingkungan dan kelestarian alam, maka polanya harusnya agro-forestry. Artinya selain menanam pohon juga ditanam kopi untuk kepentingan ekonomi,” kata Badi. 

Beralih ke Kopi Arabika

Badi menjelaskan petani kopi di Desa Buninagara dulu menanam kopi robusta, namun sekarang lebih banyak yang menanam kopi arabika karena banyak bantuan dari Dinas Kehutanan yang memberikan bibit kopi jenis ini. Namun warga juga tetap berusaha cari bibit lokal kopi robusta. 

Menurut Badi menanam kopi tak merogoh kocek sangat dalam. Pasalnya, untuk mendapatkan bibit warga bisa menggunakan bibit lokal, sedangkan untuk masalah lahan, sudah ada kerja sama dengan Perum Perhutani. Petani bisa menggunakan lahan Perum Perhutani dengan sistem bagi hasil. Adapun untuk pupuk, petani bisa memanfaatkan pupuk organik.      

Meningkatkan Kesejahteraan Warga Desa

Bertani kopi diharapkan bisa mengangkat kesejahteraan warga Desa Buninagara yang sekitar 20 persen atau 600-700 kepala keluarganya masuk kategori miskin berdasarkan data DTKS 2023. Pada 2023, Badi menyebut pihaknya menerbitkan sekitar 300 SKU (surat keterangan usaha), salah satu syarat untuk mengajukan pinjaman ke bank. Pada 2022, ada sekitar 200 SKU yang dikeluarka dan Januari-September 2024, ada sekitar 100 SKU yang dikeluarkan kantor Desa Buninagara pada warga yang ingin mengajukan pinjaman ke bank. Pinjaman itu sebagian besar untuk modal usaha, keperluan pendidikan dan memperbaiki tempat tinggal. 

Upaya Pemerintah Desa Buninagara meningkatkan kesejahteraan warga, disambut positif Starbucks Indonesia. Starbucks Foundation yang menggandeng LSM Mercy Corps Indonesia menjalankan Bentani, yakni program pemberdayaan perempuan yang tinggal di area perkebunan kopi di Jawa Barat. Satu dari tiga fokus pogram ini adalah mendukung pengembangan usaha non-pertanian untuk istri petani kopi dan perempuan muda melalui layanan mentoring digital dan akses ke pasar.            

Navita Hani, Program Manager Mercy Corps Indonesia, menjelaskan bahwa program Bentani yang dijalankan saat ini sudah masuk fase kedua dengan nilai investasi USD500 ribu (Rp7,8 miliar). Jumlah ini sama dengan proyek Bentani fase pertama. Adapun jumlah peserta program Bentani fase kedua, khusus di Desa Buninagara, sebanyak 253 orang. Durasi program Bentani fase kedua ini berlangsung dari Januari 2023-Januari 2025. 

Rika Ernawati, ibu rumah tangga, warga Desa Buninagara, mengaku gembira bisa terlibat dalam program Bentani. Rika berasal dari keluarga petani kopi yang membuka usaha warung sembako, jajanan anak-anak dan menerima pesanan kue basah. Setalah bergabung di Bentani, Rika mengaku punya relasi yang lebih luas tidak hanya tingkat dusun. Dia juga mengaku piawai mengelola keuangan keluarga lewat pencatatan, setelah mengikuti pelatihan literasi finansial.

Jika ingin bermain ke kebun kopi Desa Buninagara, pengunjung bisa ambil rute dari arah Stasiun Padalarang ke arah Cimareme-Batujajar. Setelah menempuh 5,1 kilometer, masuk ke Desa Mukapayung, setelahnya adalah Desa Buninagara Kecamatan Sindangkerta. Sepanjang perjalanan, pemandangan sawah dan gunung yang indah sungguh enak dipandang mata. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus