Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Jazz & Parade Pelangi Saskatoon

Saskatoon menjadi pusat seni budaya Kanada. Kota yang tenang, bersih, ramah imigran, dan memanjakan penduduk asli.

28 Juli 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Saskatoon menjadi pusat seni budaya Kanada. Kota yang tenang, bersih, ramah imigran, dan memanjakan penduduk asli.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Shinta Maharani
Koresponden Tempo di Yogyakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Taman berumput hijau menghampar, menyambut pesta musik musim panas. Anak-anak, kalangan muda, dan manula tumplek di Festival Saskatchewan Jazz sepanjang siang hingga senja. Penonton bebas menyaksikan jazz di mana saja. Tak ada sekat antara musikus dan penonton. Ada yang berdansa berpasangan di depan panggung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penonton lainnya duduk santai di atas rerumputan dan menghirup segarnya udara Saskatoon atau berdiri di samping pepohonan. Ada juga yang duduk di depan deretan vendor mobil penjaja makanan dan minuman lokal. Sebagian penonton juga membawa kursi sendiri.

Saskatoon berjarak sekitar 2.366 kilometer atau 1.470 mil dari Ottawa, ibu kota Kanada. Perjalanan dari Ottawa ke festival jazz bisa ditempuh melalui pesawat dalam waktu lima jam. Saskatoon berada di Provinsi Saskatchewan.

Tatrina Tai, satu dari penyanyi jazz, mencuri perhatian penonton. Ia tampil pada Senin, 25 Juni waktu Kanada. Tatrina, vokalis jazz terkenal, tampil dengan suara seraknya ketika membawakan jazz klasik. Selama lebih dari satu dekade, perempuan yang besar di Saskatoon ini kerap tampil bersama kelompok musik kecil dan besar.

Matahari hampir tenggelam ketika perempuan anggun itu naik ke panggung. Dia mengenakan gaun pendek warna hitam bermotif bunga-bunga. Tatrina datang bersama kelompok musik jazz veteran Saskatoon. Ratusan penonton menyambutnya dengan sorak sorai dan tepuk tangan.

Ia memperkenalkan setiap anggota kelompok musik itu sebelum menyanyi. "Jadi mari kita mulai menikmati musim panas ini," kata Tatrina kepada penonton.

Jazz yang berlangsung di Kiwanis Park, taman yang berada di tepi barat Sungai Saskatchewan, sangat nyaman untuk semua penonton. Di sekitar taman terdapat monumen peringatan, gereja tua, dan hotel-hotel tua mirip kastil.

Area menonton jazz sangat bersih. Tak ada satu pun sampah di area itu. Penonton dilarang keras merokok. Itu terlihat dari papan yang dipajang di pintu masuk menuju panggung.

Semula saya mengira masuk ke area jazz berbayar. Ternyata ada panggung gratis yang disiapkan selain yang berbayar. Untuk panggung yang berbayar tiap penonton merogoh kocek 15 dolar Kanada atau setara dengan Rp 164 ribu. Saya berjalan ke panggung jazz gratis dan menikmati sejuknya Saskatoon sore hari. Duduk di bawah pohon, saya menyatu dengan ratusan penikmat jazz.

Festival musik tahunan ini satu di antara acara menarik yang berlangsung bersamaan dengan kongres internasional One Health di Saskatoon, Kanada, yang saya ikuti bersama dua kawan jurnalis dan staf Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Food and Agriculture Organization (FAO).

Di sela kongres, saya menyempatkan datang ke acara musik tahunan yang diselenggarakan komunitas seni Saskatoon. Komunitas itu menyelenggarakan acara itu pada 22 Juni-1 Juli 2018.

Di Provinsi Saskatchewan, Saskatoon menjadi kota terbesar yang memiliki populasi sebanyak 271 ribu penduduk. Saskatoon menjadi pusat seni budaya. Kota ini memiliki populasi penduduk asli dalam jumlah besar.

Festival ini menjadi tuan rumah bagi ratusan seniman kelas dunia setiap musim panas. The Saskatchewan Jazz Festival Inc (SJF) didirikan pada 1992. Festival ini digerakkan komunitas seni Saskatoon Jazz Society. SJF merupakan organisasi nirlaba dan amal terdaftar.

Lebih dari 400 relawan direkrut setiap tahun selama sepuluh hari festival berlangsung. SJF memiliki pertunjukan berkualitas tinggi, kemandirian keuangan, rasa kepemilikan komunitas, dan kajian budaya yang mendalam.

Festival jazz internasional ini punya tujuan memupuk, mempromosikan, dan menyajikan musik jazz dalam beragam bentuk kepada masyarakat Saskatchewan. Festival ini memberikan kesempatan untuk pengembangan profesional musikus Saskatchewan dan berbagai pengalaman pendidikan bagi masyarakat Saskatchewan.

Karakteristik festival ini membangun hubungan yang erat dengan masyarakat dan berkelanjutan. Dalam rangkaian festival, ada sejumlah penghargaan kepada musikus ternama yang memajukan perkembangan musik, di antaranya penghargaan khusus yang diberikan kepada musikus Ulmer Ross.

Setiap tahun, festival ini mengakui para pemusik yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap budaya musik Saskatchewan. Penghargaan ini telah diterima sejumlah pemusik yang telah dan terus membentuk komunitas jazz di Saskatchewan dan sekitarnya.

Direktur pemasaran Festival Jazz Saskatchewan, Cathy McMurtry, menyebutkan tahun ini panitia menyediakan lebih banyak vendor makanan dan berbagai permainan yang menarik minat pengunjung. Setidaknya 80 ribu penonton memadati panggung-panggung jazz di sekitar taman.

***

Bicara Kanada tak lengkap tanpa melihat Saskatoon Pride Festival. Parade ini ada di setiap kota di Kanada untuk menghormati hak-hak lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Ribuan orang tumpah ruah di pusat kota Saskatoon pada 24 Juni, merayakan Saskatoon Pride Festival. Tahun ini merupakan perayaan ke-17.

Saya menemui Kori-Lynn Rempel, satu di antara warga Saskatoon yang terlibat dalam parade itu. Anak muda berumur 19 tahun ini bersekolah di Delisle Composite School. Menurut dia, penduduk Kanada setiap tahun berbondong-bondong turun ke jalan untuk mengekspresikan diri mendukung hak-hak LGBT. Pendidikan, menurut dia, menjadi fondasi paling penting untuk menghormati orientasi seksual setiap manusia. "Di sekolah-sekolah Kanada, siswa diajari menghormati perjuangan dan hak-hak LGBT," kata Kori.

Anak-anak, kalangan muda, dewasa, dan orang sepuh berkumpul mendukung perayaan festival itu. Mereka ada yang membawa binatang piaraan, di antaranya anjing, ke parade. Anjing-anjing itu didandani dengan bendera pelangi yang membalut punggung.

Sejak pagi hari mereka duduk di kanan-kiri pinggir jalan pusat kota menantikan parade itu. Mereka membentangkan bendera pelangi, simbol LGBT. Ada pula yang mengenakan kostum motif pelangi.

Peserta parade berlomba-lomba menampilkan kostum terbaik. Ada yang berjalan membawa spanduk-spanduk yang isinya menolak fobia LGBT. Seorang pemuda bermain sepatu roda mengelilingi peserta parade. Ada pula yang berjalan membagi-bagikan permen berwarna pelangi kepada orang yang datang melihat.

Karnaval pelangi pagi hingga sore hari itu benar-benar meriah, ekspresif, dan atraktif. Mereka mengenakan kostum terbaik yang unik. Ada peserta yang berdiri beriringan di atas truk besar dengan pernak-pernik motif pelangi. Di antara mereka yang berdiri di atas truk terdapat penduduk Kanada yang mengenakan kostum Indian.

Peserta lainnya, seorang ibu yang menyetir sedan mewah berwarna biru dengan atap terbuka bersama tiga bocah. Di mobil itu, seorang bocah perempuan dengan pita di rambutnya membawa poster pelangi bertulisan "Strength in diversity".

Gegap gempita karnaval terasa betul. Peserta parade ada yang berdiri di mobil pemadam kebakaran dengan hiasan warna-warni pada tubuh mereka. Ada pula yang membawa balon-balon besar warna-warni.

Pemerintah Kota Saskatoon sangat mendukung penuh parade pelangi itu. Bendera pelangi banyak berdiri di gedung-gedung kantor pemerintahan, hotel, kafe, restoran, dan toko. "Pertumbuhan Saskatoon Pride dalam beberapa tahun terakhir merupakan bukti dedikasi sukarelawan," kata Charlie Clark, Wali Kota Saskatoon.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau terang-terangan menyatakan dukungannya terhadap perjuangan komunitas LGBT. Pada 2016, ia menjadi perdana menteri pertama yang mengikuti Gay Pride di Toronto. Dia juga datang bergabung dengan ribuan orang yang merayakan Canada Pride 2017.

***

Malam hari seusai bergabung dengan perayaan hak LGBT, saya menghabiskan waktu menikmati musik di Canada’s Pub Hudsons bersama rombongan dari Indonesia. Bersantai, berjoget bersama iringan musik dari disk jockey. Malam itu, pub dan kafe penuh anak-anak muda yang bersukacita.

Sehari sebelum pulang ke Indonesia, saya mampir ke petilasan Indian Kanada. Untuk menuju Manuskewin, saya naik taksi. Dari pusat kota Saskatoon perlu waktu setengah jam. Jejak-jejak masyarakat adat Kanada juga bisa ditemukan di Manuskewin Heritage Park. Di sana terdapat hunian penduduk asli Kanada berbentuk segitiga yang dindingnya mirip karung bertopang kayu. Seorang pemandu keturunan masyarakat adat mengajak saya dan turis lainnya mengelilingi Manuskewin.

Sekilas bentang alam Manuskewin mirip Sumba di Indonesia. Rerumputan dan perdu banyak tumbuh di lahan yang mirip savana. Di sekitar Manuskewin terdapat sungai.

Pemandu perempuan itu membawa kami menyusuri rimba Manuskewin. Dia menunjukkan tanaman-tanaman herbal yang biasa digunakan untuk obat pribumi. Dia mengajak kami berdiri di depan maple, pohon khas Kanada yang menjadi simbol bendera mereka.

Ia juga menjelaskan cara bertahan hidup pribumi dengan memanfaatkan hasil alam, seperti memancing ikan di sungai. Ada juga cerita soal pribumi yang berburu bison sebagai sumber utama makanan.

Pengunjung juga bisa menonton film dokumenter tentang kehidupan masyarakat adat Kanada yang kental dengan spiritualisme. Konstitusi Kanada mengakui penduduk asli Kanada, terdiri atas Indian, Inuit, dan Metis.

Mereka disebut sebagai first nations. Saya menyaksikan bagaimana mereka sangat menghormati penduduk asli itu. Di Saskatoon, saya banyak berjumpa dengan keturunan penduduk asli Kanada.

Seorang dari masyarakat adat berbicara menggunakan bahasa Cree (bahasa penduduk asli) di depan peraih Nobel bidang kesehatan dari Australia, Peter Doherty, yang menjadi pembicara kunci Kongres One Health dan ratusan peneliti.

Saskatoon membawa kesan ramah terhadap imigran yang datang dari banyak negara. Kota ini sangat tertib, jalanan sangat bersih dari sampah, dan kaya seni budaya. Itu terlihat dari Remai Modern, galeri seni yang memamerkan karya seni pelukis Pablo Picasso. Makanannya pun lezat, saya suka menyantap sushi salmon khas Kanada.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus