Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Kampung Gladiator dan Warung Arema, Saksi Para Transmigran Ubah Nasib

Salah satu kampung yang menjadi tujuan para transmigran adalah Kampung Gladiator alias Desa Srigunung.

1 Juni 2022 | 15.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kabupaten Musi Banyuasin di Sumatera Selatan merupakan salah satu daerah tujuan transmigrasi sejak puluhan tahun lalu. Daerahnya yang masih banyak memiliki lahan perkebunan menjadi alasan wilayah itu menjadi lokasi para transmigran untuk mengubah nasib dengan dukungan pemerintah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu kampung yang menjadi tujuan para transmigran adalah Kampung Gladiator alias Desa Srigunung yang berada di Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin. Paimin, salah seorang transmigran yang berada di sana sejak 1981 bercerita nama itu berasal dari nama bengkel yang sering disinggahi para supir truk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Nama bengkelnya Bengkel Gladiator. Supir-supir itu yang kasih nama Kampung Gladiator supaya mereka gampang mengingat nama tempat janjian ketemu, entah sekadar untuk mangkal atau mau perbaiki kendaraan rusak,” ujar Paimin.

Paimin pun menceritakan saat ia pertama kali datang ke wilayah itu. Kawasan kampung transmigran itu masih dikelilingi hutan belantara. 

Keluarga Paimin yang berasal dari Malang Jawa Timur diberangkatkan dengan bus bersama empat keluarga lain yang berasal dari wilayah selatan Kabupaten Malang ke Desa C4 Blok B Kecamatan Sungai Lilin. Lokasi transmigran ini berjarak sekitar dua kilometer dari Jalan Lintas Limur Sumatera (Jalintimsum).

Mereka disatukan bersama transmigran lain. Total ada sekitar 100 keluarga saat itu. Mayoritas transmigran berasal dari sejumlah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, seperti Kendal, Banyumas, Klaten dan Sragen.

Setiap transmigran mendapat lahan dua hektare, ditambah peralatan memasak dan bantuan beras setengah kuintal per keluarga. Dengan modal itu, Paimin kini bisa menghidupi keluarga lewat kebun kelapa sawit dan membuka warung makan.

Paimin memiliki usaha warung makan bernama Warung Nasi Arema Gadang. Warung ini berada di tepi Jalan Lintas Timur Sumatera Palembang-Jambi, Kilometer 140. Desa Srigunung yang dibelah Jalintimsum pun berkembang maju dan lebih dikenal dengan nama Kampung Gladiator.

Paimin, 65 tahun, pemilik Warung Nasi Arema Gadang, di Desa Srigunung, Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, Jumat, 6 Mei 2022. TEMPO/Abdi Purmono

Paimin mengatakan warungnya sengaja diberi nama Warung Nasi Arema Gadang sebagai penanda asal daerah dan sekaligus untuk menunjukkan kecintaannya pada kampung halaman. Paimin terakhir kali pulang bersama istrinya ke Kota Malang sepuluh tahun lalu.

Selain Paimin, tentunya masih banyak transmigran lain yang telah sukses atau memiliki usaha. Sejumlah warung maupun tempat usaha kecil lain yang memakai nama depan Arema (singkatan arek Malang) yang disambung dengan nama asal kecamatan di wilayah kota dan kabupaten Malang bisa ditemukan di sepanjang jalan Lintas Sumatera, mulai dari Kota Bandar Lampung hingga Kota Jambi.

Selain itu, banyak kampung di Sumatera yang namanya mirip dengan nama kampung di Jawa. Kampung-kampung transmigran yang dihuni warga asal jawa itu paling banyak berada di Lampung yang merupakan daerah tujuan transmigrasi pertama di Indonesia.

Berdasarkan catatan di Museum Nasional Ketransmigrasian, transmigran pertama dari Jawa didatangkan ke Lampung pada 1905 atau 117 tahun silam melalui program kolonialisasi yang dilakukan Pemerintah Hindia Belanda. Program ini mempopulerkan istilah kuli kontrak.

Daerah pelosok yang jadi tujuan transmigrasi pertama itu menjelma jadi Desa Bagelen di Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. Nama Bagelen ini sama persis dengan nama desa di wilayah Kabupaten Purworejo, yang menjadi bagian dari Karesidenan Kedu.

Orang-orang dari Jawa terus dipindahkan ke Lampung setelah transmigrasi pertama hingga menjelang Kemerdekaan Indonesia. Sepanjang 1905-1943 terdapat 51 ribu keluarga yang dipindah dari Jawa ke Lampung. Keturunan para transmigran ini terus bertambah dan tersebar ke sejumlah daerah di Lampung, terutama di Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pringsewu dan Kota Metro. Maka, tak heran di daerah itu bisa ditemukan kecamatan bernama Ambarawa, Pardasuka, Sukoharjo dan Banyumas.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus