Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Candi Blandongan di Batujaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, punya kemiripan dengan temuan dua candidi Batang dan Kendal, Jawa Tengah. Menurut peneliti di Pusat Riset Arkeologi Sejarah dan Prasejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Agustijanto Indrajaya, kesamaan candi tersebut yaitu berbahan batu bata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Usia situs candi di Batang dan Kendal itu menurutnya sama yaitu sekitar 630 Masehi, atau lebih tua daripada Candi Borobudur. Sementara Candi Blandongan, sejauh ini dari hasil temuan merupakan candi tertua di wilayah barat Pulau Jawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dari arsitektur bangunan candi-candi itu sebarannya dari Nalanda, India,” katanya di acara Cerita Citarum, Selasa, 28 Mei 2024.
Keunikan Desain Candi Blandongan
Dibandingkan dengan candi di Batang dan Kendal, menurut Agustijanto, Candi Blandongan memiliki keunikan dari sisi desain.
“Di Blandongan ada stupa tapi dia di dalam sebuah bangunan, ini agak unik memang,” ujar dia.
Candi yang berada di wilayah kompleks percandian Batujaya itu memiliki empat pintu masuk yang bagian utamanya berada di arah timur laut.
Akses utama candi itu kata Agustijanto juga agak unik karena gapuranya dibentuk membulat. Setelah masa Candi Blandongan, bentuk itu tidak digunakan lagi pada candi Buddha selanjutnya seperti temuan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Bentuk membulat itu pengaruh dari India,” ujarnya.
Candi Terbesar di Batujaya
Menurut mendiang arkeolog Hasan Djafar dalam bukunya Kompleks Percandian Batujaya, Candi Blandongan merupakan situs yang terbesar di kompleks percandian Batujaya, Karawang. Berukuran 110 x 38 meter, situs itu pertama kali disurvei oleh tim arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada 1984. Kemudian pada kurun 1992-2000 situs itu diekskavasi oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional hingga muncul bangunan candi berukuran 25 x 25 meter persegi.
Bagian atas candi yang sudah runtuh dan tidak diketahui bentuknya, diduga berbentuk stupa berupa susunan batu bata yang kemudian dilapis beton stako. Dari puing yang dikumpulkan di sisi candi, beton stako itu terbuat dari semen dengan campuran bebatuan bulat.
Pengunjung bisa melihat dari dekat namun dilarang masuk atau naik ke bagian dalam candi yang sampai saat ini masih dianggap suci oleh umat Buddha. Candi Blandongan kini telah diberi pagar pembatas dan dikitari taman rumput serta pepohonan yang teduh di pinggirnya.
Menurut Soni Prasetia, Pamong Budaya Ahli Cagar Budaya di Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Jawa Barat, penemuan situs kompleks percandian di Batujaya, Karawang, sejak 1984 hingga pemugaran dimulai 1996. Dimulai dari Candi Jiwa, kemudian Candi Blandongan pada kurun 2000-2014 hingga penataan selesai 2017.
Luas area kompleks percandian Batujaya ditaksir sekitar 300 hektare. Menurut Soni, tidak semua lahan warga yang menjadi permukiman dan sawah harus dibebaskan, melainkan hanya sebagian di lokasi candi. Adapun jumlah lokasi candi yang teridentifikasi sebanyak 39 titik. Pemanfaatan situs candi di Batujaya itu untuk pendidikan dan kunjungan publik termasuk umat Buddha.
ANWAR SISWADI
Pilihan Editor: Kompleks Candi Batujaya Resmi Jadi Kawasan Cagar Budaya Nasional