Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Kota di Jepang Gunakan Ninja untuk Mengontrol Perilaku Turis

Otaru mulai mengalami pariwisata berlebihan, mirip dengan kota-kota tujuan wisata populer di Jepang.

14 April 2025 | 08.00 WIB

Lereng  Funamizaka di Otaru, Hokkaido, Jepang, yang kerap dikunjungi turis setelah muncul di Film Love Letter (visit-hokkaido.jp)
material-symbols:fullscreenPerbesar
Lereng Funamizaka di Otaru, Hokkaido, Jepang, yang kerap dikunjungi turis setelah muncul di Film Love Letter (visit-hokkaido.jp)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Otaru merupakan salah satu kota terindah di Prefektur Hokkaido, Jepang. Kota ini terletak di pesisir Teluk Ishikari dengan distrik kanal yang dilestarikan. Di kota ini terdapat satu jalan menanjak tajam dari garis pantai yang menghasilkan pemandangan kota dan laut yang dramatis, terutama dari titik pandang dekat puncak lereng yang dikenal sebagai Funamizaka atau Bukit untuk Melihat Kapal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Keindahan ini membuat banyak pelancong datang untuk berfoto. Kini, Otaru jadi mirip dengan kota-kota tujuan wisata populer di Jepang yang mengalami pariwisata berlebihan atau overtourism. Kebanyakan wisatawan asing yang datang ke kota kecil ini, secara sengaja atau tidak, melanggar norma etiket Jepang. Sebagai contoh, wisatawan berdiri di tengah jalan umum untuk berfoto sesuka hati. Ada juga insiden wisatawan memasuki properti pribadi untuk mengambil gambar atau mencari jalan pintas untuk menuju suatu tempat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Otaru, kota di Jepang, menggunakan poster ninja untuk menunjukkan tata krama lokal untuk pelancong (otaru-canal.jp)

Poster Ninja

Masalah tersebut jadi pembicaraan hangat di antara warga lokal. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak berwenang Otaru memutuskan menggunakan ninja. Namun, ninja ini tidak menggunakan shuriken atau senjata shinobi lainnya. Mereka membuat organisasi Ninja Next 100 yang berisi penduduk lokal berusia 20-an. Tugas organisasi ini adalah mengingatkan perilaku wisatawan dengan cara yang informatif dan langsung namun tetap menyenangkan dan tidak agresif lewat poster dan video di media sosial.

Noriaki Ikeda, salah satu anggota Otaru Next 100, mengatakan bahwa persoalan ini hanya karena turis asing yang tidak mengetahui aturan, dan bukan karena mereka sengaja melanggarnya. "Kami membuat mereka menikmati wisata sambil memahami [apa yang boleh dan tidak boleh]," kata dia, seperti dilansir Soranews24

Tiga Peringatan untuk Wisatawan

Otaru Next 100 sudah membuat tiga poster yang berisi peringatan agar wisatawan menjauhi properti pribadi, tidak berjalan di tengah jalan, dan tidak berdiri di tengah jalan untuk berfoto. 

Poster itu menampilkan gambar ninja dengan wisatawan yang melanggar etika serta peringatan dalam bentuk tulisan. Misalnya, salah satu poster menuliskan "Penduduk setempat dalam masalah" yang maksudanya penduduk setempat merasa terganggu dengan perilaku wisatawan. Jadi, wisatawan diminta tidak melakukan hal yang ada di dalam poster itu. Namun, mereka juga tetap bersikap ramah. Dalam setiap poster terdapat tulisan “Terima kasih telah datang” dan menyertakan harapan bahwa pengunjung akan menikmati Otaru, yang artinya bahwa kota itu tidak punya masalah dengan wisatawan asing. Mereka hanya ingin menghentikan tindakan berbahaya/tidak sopan yang ditunjukkan pelancong.

Mila Novita

Bergabung dengan Tempo sejak 2013 sebagai copywriter dan menjadi anggota redaksi pada 2019 sebagai editor di kanal gaya hidup. Kini menjadi redaktur di desk Jeda yang meliputi gaya hidup, seni, perjalanan, isu internasional, dan olahraga

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus