Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Kunjungan Wisatawan Melonjak, Warga Ibu Kota Malta Malah Khawatir

Warga Valletta, ibu kota Malta, khawatir perubahan karena pariwisata dapat menyebabkan konversi situs Warisan Dunia UNESCO menjadi pusat hiburan.

20 Agustus 2023 | 20.33 WIB

Wisatawan mencari perlindungan dari paparan matahari, sementara yang lain berjalan dengan payung, saat gelombang panas menghantam Eropa, di Valletta, Malta, 26 Juni. [REUTERS / Darrin Zammit Lupi]
Perbesar
Wisatawan mencari perlindungan dari paparan matahari, sementara yang lain berjalan dengan payung, saat gelombang panas menghantam Eropa, di Valletta, Malta, 26 Juni. [REUTERS / Darrin Zammit Lupi]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Valletta, ibu kota Malta, mengalami peningkatkan wisatawan yang signifikan. Menurut data Otoritas Pariwisata Malta, jumlah turis yang datang ke kota ini naik sebanyak 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini mengukuhkan posisinya sebagai salah satu tujuan perjalanan paling dicari di Eropa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tapi bukannya senag, penduduk di kota ini justru merasa terganggu. Mereka khawatir jumlah turis yang tidak terduga akan mengubah Valletta menjadi tujuan terbaru di Eropa bagi para wisatawan yang rusuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tahun lalu, diberlakukannya peraturan baru yang memungkinkan musik diputar di luar ruangan di Valletta hingga pukul 1 pagi. Langkah ini dilakukan meskipun ada keberatan dan kekhawatiran yang diajukan oleh warga, yang khawatir perubahan ini dapat menyebabkan konversi situs Warisan Dunia UNESCO menjadi pusat hiburan.

Wakil Walikota Valletta Ray Azzopardi mengatakan kepada Times Malta, situasi di Valletta tidak terkendali dan penduduk sudah lelah.

"Warga tidak terganggu oleh musiknya, tetapi oleh kebisingannya. Saya telah meminta warga memberi tahu saya bahwa ada perusahaan tertentu yang tidak bekerja sama dengan warga. Sesuatu harus dilakukan," kata dia.

Pariwisata bak pedang bermata dua

Jaume Ros, pendiri situs perjalanan New.to, mengatakan bahwa Malta, dengan lautnya yang biru, jalur labirin, dan sejarahnya telah menjadi daya pikat tersendiri.

"Tapi saya telah melihat dan merasakan kekhawatiran penduduk setempat juga. Jalan-jalan sempit yang menawan di Valletta, yang pernah saya lalui dengan merasakan gema para ksatria dan pelaut, mungkin akan menjadi sirkus wisata," kata dia. 

Dia tahu bahwa banyak yang berpendapat bahwa pariwisata bisa menguntungkan karena berdampak terhadap ekonomi. 

"Tentu, secara teori. Tapi itu seperti menuangkan air ke dalam cangkir; awalnya, itu memuaskan dahaga, tetapi segera, itu tumpah ke mana-mana, menciptakan kekacauan," ujar dia. 

Pariwisata di Malta, kata dia, seperti pedang bermata dua. Sorotan tanpa henti di media sosial membuat beberapa tempat di sini jadi korban keindahannya sendiri. 

"Ini bukan hanya tentang ruang fisik. Ini tentang tekstur budaya, ritme sehari-hari, dan semangat tempat," kata dia. 

Lonjakan pengunjung Valetta ini bisa dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk marketing yang ditingkatkan, infrastruktur yang bertambah baik, dan reputasi yang berkembang sebagai destinasi yang wajib dikunjungi.

Melestarikan warisan budaya

Salah satu pendorong utama di balik ledakan pariwisata Valletta adalah komitmennya untuk melestarikan warisan budaya sambil menawarkan fasilitas modern. Arsitektur Barok kota yang terpelihara dengan baik, jalan berbatu, dan situs bersejarah, termasuk St. John's Co-Cathedral dan Grand Master's Palace, telah menjadi magnet bagi penggemar sejarah dan pecinta budaya.

Laut Valletta yang indah, yang telah mengalami pembangunan kembali secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, juga berperan penting dalam menarik pengunjung. Lokasi kota yang strategis di sepanjang Laut Mediterania menawarkan pemandangan yang menakjubkan dan merupakan rumah bagi pelabuhan yang ramai.

Bisnis lokal berkembang pesat sebagai akibat dari masuknya pariwisata. Restoran, toko suvenir, dan layanan tur berpemandu menyaksikan lonjakan permintaan. Dorongan ekonomi tidak hanya merevitalisasi ekonomi lokal tetapi juga mendorong investasi dalam infrastruktur kota.

Pemangku kepentingan tengah mencari jalan agar pariwisata dan kenyamanan penduduk lokal di ibu kota Malta itu bisa berdampingan, misalnya dengan membuat aturan biaya masuk atau mempromosikan wisata di luar musim liburan. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus