Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Warga lereng Gunung Merapi di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kebupaten Boyolali, Jawa Tengah, menggelar tradisi Lebaran Ketupat dengan mengarak ternak sapi. Masyarakat memakai masker dan menuntun sapi-sapi peliharaan mereka berjalan keliling kampung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang tokoh masyarakat Dukuh Mlambon, Darmaji mengatakan, tradisi Syawalan atau Lebaran Ketupat ini mengarak sapi karena hewan ternak itu merupakan sumber ekonomi masyarakat. "Sekarang tradisi ini tidak diadakan secara resmi seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi terbatas di lingkungan RT karena pandemi Covid-19," kata Darmaji, Kamis 20 Mei 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam tradisi Lebaran Ketupat, masyarakat menggelar doa bersama yang dilanjutkan dengan makan-makan atau kenduri. Setelah itu mereka pulang untuk mengeluarkan ternak dan berkumpul di lapangan atau jalan utama desa. Kemudian hewan ternak berupa sapi dan kambing diarak keliling kampung dengan diiringi alunan gamelan.
Seorang sesepuh Desa Sruni, Hadi Sutarno, 65 tahun, mengatakan, pandemi Covid-19 tak menyurutkan semangat masyarakat untuk mempertahankan tradisi Lebaran Ketupat, meski dengan sederhana. "Konon, Nabi Sulaiman yang mengusai hewan akan memeriksa ternak milik petani," katanya.
Sebab itu, hewan ternak yang akan diarak harus mendapatkan perawatan dulu. Hewan ternak tersebut diberi makan ketupat kemudian dioleskan minyak wangi. Ternak itu juga dimanjakan oleh pemiliknya karena sebagai perantara kesejahteraan bagi keluarga dan masyarakat.
Sutarno melanjutkan, biasanya ada ratusan sapi dan kambing yang diarak keliling kampung saat Lebaran Ketupat. Dari sekitar 110 kepala keluarga di Dukuh Mlambong, Gedong, dan Rejosari, Boyolali, umumnya masing-masing mengikutsertakan dua hingga sepuluh ekor ternak mereka.
Baca juga:
Suasana Lebaran Ketupat di Lombok: Destinasi Wisata Sepi, Masjid - Musala Ramai