Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap 28 Juni, masyarakat Kalimantan Barat memperingati Hari Berkabung Daerah yang biasanya dilakukan di sebuah pemakaman bernama makam Juang Mandor. Hal ini untuk memperingati perjuangan rakyat Kalimantan Barat yang dibantai oleh tentara Angkatan Laut Jepang pada 1943 hingga 1944.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut catatan sejarah, pada awal Februari 1942, seluruh Kota Kalimantan berhasil dikuasai oleh pasukan Jepang. Hal itu membuat Jepang resmi menyatakan bahwa Kalimantan Barat berada di bawah administrasi kependudukan Jepang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah berhasil menguasai Kalimantan Barat, termasuk Pontiakan, pasukan Jepang banyak melakukan penindasan kepada rakyat Kalimantan Barat. Biasanya yang melakukan penindasan dan penyiksaan tersebut adalah Kempeitai dan Tokkeitai. Model penyiksaan mereka biasanya dengan terapi air, dimana mulut para tahanan dimasukkan air melalui selang dan penyungkupan.
Yang membuat peristiwa ini memilukan adalah para korban tersebut dieksekusi dengan cara leher mereka dipenggal hidup-hidup dengan pedang katana yang dimana kepala mereka terlebih dahulu ditutup dengan sebuah kain.
Berdasarkan surat kabar Jepang yang terbit di Pontianak “Borneo Shinbun” terbitan hari Sabtu, 1 Sigatsu 2604 atau 1 Juli 1944 disebutkan sebanyak 21.037 jiwa korban pembunuhan massal yang dikuburkan di 10 buah makam di Mandor. Makam 1-9 adalah makam dari rakyat biasa dari berbagai kalangan dan etnis di Kalimantan Barat. Sedangkan makam ke 10 adalah makam tempat pembantaian para Raja dan orang-orang yang berpengaruh di Kalimantan Barat saat itu.
Makam Juang Mandor menjadi saksi bisu atas terjadinya tragedi Mandor Berdarah itu. Peristiwa penting dan bersejarah tersebut sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Peristiwa Mandor pada 28 Juni sebagai Hari Berkabung Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Setiap instansi diwajibkan untuk menaikkan bendera setengah tiang.
Makam Juang Mandor sendiri merupakan destinasi dark tourism paling potensial di Indonesia. Tren wisata unik itu mengajak wisatawan ke dalam masa gelap.
Tren wisata dark tourism lahir dari pariwisata hitam atau kesedihan, merujuk pada aktivitas pariwisata yang dilakukan di tempat-tempat terjadinya sebuah tragedi atau peristiwa penting di masa lampau. Melakukan kunjungan ke destinasi dark tourism akan memberikan makna tersendiri bagi wisatawan, khususnya para milenial dalam mengingat, atau bahkan mengetahui sejarah di balik sebuah tempat, termasuk di makam Juang Mandor.
ANDINI SABRINA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.