Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Belum lama ini viral video yang memperlihatkan tiga warga suku Tobelo Dalam, atau yang sering disebut Togutil oleh masyarakat umum, berada di area pertambangan yang diduga di Kaorahe, Halmahera, Maluku Utara. Kemunculan tiga orang itu menjadi pembicaraan karena suku yang hidup di hutan ini dikenal sangat tertutup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tobelo Dalam merupakan salah satu suku pedalaman Maluku Utara yang dikenal juga sebagai suku O'Hongana Manyawa. Berbeda dengan suku Tobelo pesisir yang lebih terbuka, Tobelo Dalam terhitung tertutup dan masih memegang nilai kepercayaan serta adat istiadat mereka hingga hari ini. Sifat inklusif yang dimiliki membuat mereka membatasi akses dengan dunia di luar kelompoknya dan dunia yang lebih modern.
Hidup nomaden
Dikarenakan gaya hidupnya yang nomaden, komunitas suku ini tersebar di beberapa bagian daerah Maluku. Diperkirakan ada sekitar 42 rumah tangga Tobelo Dalam yang tercatat bermukim di sekitar sungai Dodaga. Ada pula suku Tobelo Dalam yang menetap di dalam kawasan Taman Nasional Aketajawe-Lolobata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, beberapa lainnya tersebar di hutan Totoduku, Tukur-Tukur, Kobekulo, dan di pedalaman hutan Wasile yang terletak di sisi timur Ternate. Lokasinya berada sekitar 40 kilometer dari kota Buli yang ada di Halmahera Timur.
Tidak berdinding dan berlantai papan panggung, rumah-rumah yang mereka tinggal terbuat dari kayu dan bambu yang beratapkan daun palem sejenis Livistonia sp. Mereka berkomunikasi dengan bahasa yang digunakan juga oleh penduduk pesisir, yaitu bahasa Tobelo. Kepala kelompok mereka disebut sebagai Dimono mereka juga memiliki kapitan yaitu kepala perang.
Kategori Suku Tobelo Dalam
Suku Tobelo Dalam rupanya juga terbagi ke dalam beberapa kategori. Masyarakat Tobelo Dalam yang masuk ke dalam KAT Kategori 1 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 111 tahun 1999 adalah mereka yang keberadaannya benar-benar masih terisolasi dari dunia luar. Mereka adalah masyarakat yang sama sekali belum mendapat pembinaan dari pemerintah.
Sistem kepercayaan yang dianut masyarakat Tobelo Dalam KAT 1 adalah kepercayaan asli yang berhubungan dengan ruh-ruh dan kekuatan alam semesta. Berbeda dengan sebagian besar warga suku Tobelo Dalam yang tinggal di Desa Dodaga, Tukur-Tukur, Toboino (Totodoku) dan Tutuling jaya dan Foli menganut agama Kristen Protestan.
Menentang pengrusakan hutan
Kuatnya hubungan spiritual masyarakat Tobelo Dalam dengan alam tempat mereka tinggal membuat batasan paling jelas yang mereka canangkan adalah pengrusakan lingkungan. Ketergantungan suku Tobelo Dalam dengan kekayaan alam membuat mereka menentang keras kegiatan pengrusakan hutan sebagai konsekuensi dari aktivitas pertambangan yang dilakukan di daerah sekitar hutan tempat tinggal mereka.
Berangkat dari sana, ada dugaan bahwa kemunculan warga suku Tobelo Dalam ke area pertambangan adalah karena mereka kelaparan sebab hasil alam di tempat mereka tinggal berkurang sedikit demi sedikit akibat perluasan wilayah tambang.