Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dikenal kaya akan budaya dan tradisi di setiap daerahnya. Salah satunya tarian Longgo yang berasal dari Gorontalo.
Mengutip dari jadesta.kemenparekraf.go.id, tarian Longgo berakar dari seni bela diri, yang berasal dari kalangan bangsawan atau kerajaan sebagai pertahanan keamanan. Tarian tradisional ini menggambarkan ketangguhan prajurit kerajaan dalam mengawal raja.
Awalnya, tarian Longgo dilakoni oleh perangkat buwatula bala atau pasukan keamanan kerajaan. Tarian tersebut biasanya dilakukan pada pelaksanaan upacara adat penyambutan tamu, kunjungan atau pemeriksaan wilayah, perkawinan, dan kematian.
Dilansir dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, penari tari Longgo menggunakan pakaian hitam disertai payungo atau destar yang berwarna kemerah-merahan. Pakaian ini melambangkan kegarangan, kekerasan dan siap untuk berperang, terlebih lagi adanya keris terselip di pinggang dan tongkat di tangan kiri
Tarian Longgo sudah ada sejak abad ke-13. Merangkum dari siat.ung.ac.id, tarian ini bermula dari perkelahian antara dua kaum, yaitu Mauba dan Ogale. Mauba sendiri merupakan pemimpin kelompok laki-laki, sementara Ogale sebutan bagi pemimpin kelompok perempuan. Dari pertikaian tersebut maka lahirlah tiga seni beladiri Gorontalo, salah satunya Longgo, yaitu kegesitan dalam memainkan senjata.
Tarian khas Gorontalo ini dikukuhkan sebagai beladiri pada masa Kesultanan Amai, Raja Gorontalo Islam pertama pada abad ke15. Selain itu, Raja tersebut juga mempersatukan perseteruan Mauba dan Ogale serta mengukuhkan seni-seni yang ada di daerah Gorontalo.
Tarian Longgo juga disebut sebagai tarian kepahlawanan. Pasalnya, tarian ini diadopsi dari pola-pola gerak beladiri Langga dan Longgo yang terdiri dari gerak duduta’o, hulopa’o, totame, mongohi dan bunggato. Selain itu, tarian Longgo biasa dikenal sebagai tari perang, karena dalam tariannya yang selalu membawa pedang dengan gerakan bak orang berkelahi.
Sering waktu, tarian Longgo dijadikan sebagai tari penyambut atau penobatan para petinggi-petinggi negeri atau pejabat-pejabat daerah. Menukil dari repository.ung.ac.id, tarian ini juga menjadi tari penjemput tamu seperti imam, khotib, bilal, camat dan kepala-kepala desa. Bahkan juga dijadikan pertunjukan pada perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Pilihan Editor: Mengenal Langga Seni Bela Diri dari Gorontalo Sejak Abad ke-16
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini