Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Meresapi Keheningan di Pulau Tak Berpenghuni Kenawa

Di Pulau Kenawa yang lengang ini, suara angin dan gesekan rumput bagai pengantar meditasi.

13 Januari 2018 | 08.15 WIB

Pemandangan dari puncak bukit Pulau Kenawa, NTB. Tempo/Francisca Christy Rosana
Perbesar
Pemandangan dari puncak bukit Pulau Kenawa, NTB. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Sumbawa Barat - Ada sebuah pulau serupa Senkaku —pulau yang dulunya tak berpenghuni dan pernah menjadi rebutan Jepang serta Cina— di tepi barat Sumbawa. Pulau tersebut dinamai Kenawa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Seperti Senkaku, tak ada kegaduhan di Kenawa. Tempat ini sangat cocok untuk menepi dan mendamaikan diri. Barangkali anda juga ingin berkontemplasi jika suatu saat berkunjung ke sana. Konon, pulau yang luasnya hanya 13 hektare itu merupakan tempat yang kerap digunakan pengunjung untuk melepaskan energi-energi negatif dalam diri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pulau ini memang benar-benar sepi, jauh dari ingar-bingar kendaraan. Nihil pendar lampu kota, gedung-gedung gergasi, dan ribut-ribut isu politik.

Maklum, tak ada permukiman di Kenawa. Juga tak tersedia listrik. Cuma ada sebuah warung yang dihuni penduduk lokal bernama Ibu Nur.

Ia tinggal di gubuk pinggir pulau, menyewakan tenda buat tamu-tamu yang ingin menginap. Tentu saja dia juga menjual bermacam-macam makanan. Tenda disewakannya dengan harga mulai Rp 30 ribu, sesuai ukuran besar dan kecilnya.

Pulau itu hanya bisa ditempuh dengan kapal-kapal nelayan berbentuk mirip perahu bercadik. Kapal berangkat dari dermaga kecil, yang letaknya 300 meter dari Pelabuhan Poto Tano, Sumbawa Barat. Satu kapal muat tujuh sampai delapan orang. Harga sewa per kapalnya berkisar Rp 200 ribu untuk pergi-pulang. Kapal akan membawa pelancong membelah laut Sumbawa.

Waktu tempuhnya tak lama lantaran lokasi Pulau Kenawa tak terlalu jauh dengan daratan Sumbawa. Kira-kira hanya 45 menit. Itu pun kalau gelombang cukup tinggi. Dalam keadaan laut tenang, waktu tempuh bisa ditekan sampai 30 menit saja.. Seorang pengunjung berlari dari bukit Pulau Kenawa, NTB. Tempo/Francisca Christy Rosana

Setibanya di Kenawa, pelancong akan langsung disuguhi komposisi alam yang harmonis, puluhan gradasi warna laut, karang-karang hidup, dan beragam jenis ikan yang menari-nari tak jauh dari sandaran kapal. Air yang jernih serupa kaca memudahkan pandangan wisatawan menemukan ikan-ikan nemo yang sembunyi di balik koral.

Di sisi barat, kalau cuaca cerah, Gunung Rinjani akan tampak jelas. Di tengah-tengah pulau, terdapat sebuah bukit cukup tinggi yang berbentuk seperti kerucut. Bukit ini menjadi ikon Pulau Kenawa.

Dari puncaknya, orang-orang dapat menyaksikan seluruh sisi Pulau Kenawa, mulai muka hingga punggungnya. Namun, meski tak terlampau tinggi, bukit tersebut cukup sulit didaki. Jalurnya yang terjal dan licin membuat kaki sulit berpijak.

Di kanan-kiri jalur pendakian menuju bukit, tak ada pepohonan. Memang, pulau ini tak ditumbuhi pepohonan tinggi. Hanya rerumputan dan beberapa tanaman bakau yang bermukim. Karenanya, tampak lapang.

Bila angin berembus, suara rumput yang bergesekan satu sama lain terdengar seperti lagu alam yang membuat pikiran menjadi tenang. Bahkan suaranya lebih mirip dengan instrumen pengantar meditasi. Ditambah lagi dengan gemericit burung yang bertengger di ranting-ranting kering atau lalu-lalang di atas pulau.

Sewaktu matahari terbit dan terbenam, rerumputan di Pulau Kenawa akan berubah warna menjadi kemerahan oleh pantulan cahaya matahari. Pemandangan tersebut membuat pulau makin sempurna menjadi tempat untuk mendamaikan diri dan berendah hati.

Berita lain:

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus