Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Mungkinkah 2019 Tak Ada Lagi Tuberculosis?

Ttahun lalu terdapat 10 juta orang menderita tuberculosis dan sekitar 1,6 juta meninggal, termasuk 0,3 juta pada orang dengan infeksi TB dan HIV.

11 Desember 2018 | 13.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ariana Pedraza, berteriak menahan sakit usai disuntik oleh seorang perawat. Pemerintah Amerika memberikan vaksin gratis untuk sejumlah penyakit meliputi tetanus, hepatitis dan TBC. New York, 1 September 2015. Spencer Platt/Getty Images

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tahukah Anda bahwa tuberculosis atau tuberkulosis | TBC adalah salah satu dari sepuluh penyebab kematian di seluruh dunia. Tahun lalu terdapat 10 juta orang menderita tuberculosis dan sekitar 1,6 juta meninggal, termasuk 0,3 juta pada orang dengan infeksi TB dan HIV. Selain itu, sekitar 1 juta anak sakit tuberculosis tertular dari orang dewasa di sekitarnya dan 230.000 anak meninggal, termasuk anak dengan infeksi HIV dan TB. Sebaiknya, apa yang harus kita lakukan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TB terjadi di setiap bagian di belahan dunia. Pada 2017, jumlah terbesar kasus tuberculosis baru terjadi di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat, dengan 62 persen kasus baru, diikuti oleh wilayah Afrika, dengan 25 persen kasus baru. Pada 2017, 87 persen kasus TB baru terjadi di 30 negara dengan beban TB yang tinggi dan delapan negara menyumbang dua pertiga dari kasus TB baru, yaitu India, Cina, Indonesia, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Secara global, kejadian tuberculosis menurun hanya sekitar 2 persen per tahun dan sebenarnya penurunannya perlu dipercepat hingga 4-5 persen untuk mencapai sasaran tahun 2030, sesuai Strategi Mengakiri TB (End TB Strategy). Diperkirakan 54 juta jiwa telah berhasil diselamatkan melalui proses diagnosis dan pengobatan TB yang tepat antara tahun 2000 dan 2017. Mengakhiri epidemi TB pada tahun 2030 adalah salah satu target kesehatan pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

WHO telah melangkah lebih jauh dan menetapkan target 2035 pengurangan 95% kematian dan penurunan 90% kejadian TB, dibandingkan dengan tingkat saat ini dan sama dengan di negara yang memiliki insiden TB rendah saat ini. Strategi ini menggunakan tiga pilar strategis untuk mengakhiri epidemi secara efektif. Pilar 1 adalah perawatan dan pencegahan yang terpusat pada pasien. Pilar 2 adalah kebijakan yang berani dan sistem yang mendukung dan Pilar 3 adalah penelitian intensif dan inovasi.

Lucica Ditiu, Direktur Eksekutif STOP TB Partnership mengenalkan strategi baru yang disebut ‘Zero TB Cities’ yang merupakan bagian dari ‘Zero TB Initiative’. Gagasan ini adalah perubahan paradigma, dengan tujuan setiap orang sakit TB di sebuah kota akan memiliki akses ke layanan dengan standar setinggi yang telah tersedia dalam dekade ini, di Eropa dan Amerika Utara.

Inisiatif Nol TB (Zero TB) memiliki tiga cara, yaitu pertama mendukung koalisi antara pemerintah daerah, pebisnis, dan masyarakat sipil. Kedua, menggunakan pendekatan Search-Treat-Prevent (Pencarian – Pengobatan – Pencegahan) yang komprehensif. Ketiga, berfokus pada pencegahan menggunakan obat INH (isoniasid) dan perawatan TB di rumah, fasilitas kesehatan dan tempat bekerja.

Inisiatif Zero TB bertujuan untuk mengatasi epidemi TB global ke fase eliminasi, dengan berfokus pada partisipasi pemerintah daerah untuk mendorong dan mempertahankan keberhasilan melawan penyakit TB.

The Zero TB Cities project (Proyek Kota Nol TB) berkomitmen untuk memanfaatkan kerangka kerja komprehensif berbasis bukti, untuk secara signifikan meningkatkan deteksi kasus, mengurangi penyakit, dan angka kematianTB. Program ‘Zero TB Cities’ telah dilaksanakan di Odessa (Ukraina), Dhakka (Bangladesh), Ho Chi Minh City, Hai Phong, dan Hoi An (Viet Nam), Chennai (India), Karachi (Pakistan), serta Carabayllo dan Lima (Peru).

Di Indonesia, program ‘Zero TB Cities’ ini akan dilaksanakan di Kotamadya Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo, keduanya di DIY. Peresmiannya akan dilakukan pada Hari TB Sedunia pada Minggu, 24 Maret 2019. Proyek ambisius sebagai bagian dari inisiatif ‘Zero TB’ dengan pendekatan ‘Search-Treat-Prevent’ tanpa pengembangan imunisasi BCG yang terbukti belum cukup efektif, tentu menjadi dilematis dan perlu dikritisi.

Ayo kita bikin Indonesia benar-benar zero tuberculosis.

 

Artikel ini sudah tayang di Dokterwikan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus